Laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengungkapkan angka yang mengejutkan terkait penjualan senjata global.
Selama satu dekade terakhir (2014–2023), pendapatan 100 perusahaan senjata terbesar dunia mencapai lebih dari 5,3 triliun dolar AS, setara dengan GDP tahunan ekonomi besar seperti Jerman atau India.
Pada tahun 2023 saja, perusahaan-perusahaan ini menghasilkan rekor pendapatan sebesar 632 miliar dolar AS dari penjualan senjata dan layanan militer.
Perusahaan-perusahaan AS mendominasi pasar senjata global yang menyumbang 317 miliar dolar AS. Mencakup separuh dari total pendapatan 100 perusahaan teratas menurut SIPRI.
Tiga puluh dari 41 perusahaan AS yang terdaftar mengalami peningkatan pendapatan pada 2023.
Namun, perusahaan besar seperti Lockheed Martin dan RTX menghadapi kendala akibat tantangan rantai pasokan yang berkepanjangan, terutama dalam produksi rudal dan aeronautika.
Perusahaan senjata Eropa hanya mencatatkan peningkatan marginal, dengan pendapatan mencapai 133 miliar dolar AS pada 2023, meningkat 0,2% dibandingkan tahun sebelumnya.
Banyak perusahaan yang fokus menyelesaikan kontrak lama, yang menunda pesanan baru.
Meski demikian, perusahaan-perusahaan di negara seperti Jerman, Swedia, dan Polandia mengalami pertumbuhan signifikan, didorong oleh permintaan yang melonjak terkait perang di Ukraina.
Di Asia dan Oseania, perusahaan senjata dari Korea Selatan dan Jepang mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang substansial.
Perusahaan-perusahaan Korea Selatan meningkat sebesar 39%, sementara perusahaan Jepang naik 35%, didorong oleh peningkatan belanja militer domestik dan kekhawatiran terkait keamanan regional.
Perusahaan senjata Timur Tengah juga melaporkan pertumbuhan yang kuat, dengan pendapatan gabungan mencapai 19,6 miliar dolar AS, meningkat 18%.
Perusahaan senjata Israel saja menyumbang 13,6 miliar dolar AS, sebuah angka rekor yang dikaitkan dengan pembantaian yang sedang berlangsung di Gaza.
Perusahaan senjata Rusia mengalami lonjakan pendapatan yang tajam, dengan total pendapatan meningkat 40% menjadi 25,5 miliar dolar AS.
Rostec, produsen senjata terbesar Rusia, mencatat lonjakan pendapatan sebesar 49%, yang didorong oleh peningkatan produksi senjata dan peralatan militer untuk perang di Ukraina.
Perusahaan senjata yang lebih kecil mengalahkan perusahaan besar dalam hal pertumbuhan pendapatan, merespons cepat permintaan global yang meningkat akibat perang di Gaza, Ukraina, dan Asia Timur.
Banyak perusahaan yang meningkatkan produksi dan mempercepat perekrutan, memprediksi lonjakan pesanan lebih lanjut.
Meskipun ada masalah rantai pasokan dan tekanan ekonomi di beberapa wilayah, industri senjata global diperkirakan akan terus berkembang.
Para analis memprediksi bahwa ketegangan geopolitik yang meningkat dan perang akan menjaga tingginya permintaan terhadap peralatan militer canggih dalam beberapa tahun mendatang.