Thursday, May 8, 2025
HomeBeritaIni peta perbandingan kekuatan nuklir India dan Pakistan

Ini peta perbandingan kekuatan nuklir India dan Pakistan

India dan Pakistan, dua negara bertetangga yang sama-sama memiliki senjata nuklir, memiliki sejarah panjang ketegangan yang tak terpisahkan, lansir data Center for Arms Control and Non-Proliferation.

Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, keduanya telah beberapa kali terlibat dalam konflik bersenjata, terutama terkait klaim atas wilayah Kashmir.

India menjadi negara berkekuatan nuklir pada 1974, sementara Pakistan menyusul pada 1998.

Meski kedua negara belum pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik, banyak pihak mengkhawatirkan bahwa krisis yang terus berlangsung dapat berkembang melampaui penggunaan senjata konvensional.

Saat ini, India diperkirakan memiliki sekitar 164 hulu ledak nuklir. Negeri tersebut memiliki kemampuan peluncuran dari darat, laut, maupun udara.

India sebelumnya menyatakan kebijakan No First Use atau tidak akan menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir dalam konflik. Namun, pada Agustus 2019, pemerintah India menyampaikan kemungkinan untuk meninjau ulang kebijakan tersebut.

Di sisi lain, Pakistan diperkirakan memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir. Jumlah ini melampaui proyeksi Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) pada 1999 yang memperkirakan Pakistan hanya akan memiliki 60–80 hulu ledak pada 2020. Jika tren ini terus berlanjut, Pakistan diperkirakan dapat memiliki antara 220 hingga 250 hulu ledak pada 2025.

Berbeda dengan India, Pakistan tidak menganut kebijakan No First Use. Pakistan justru mengembangkan senjata nuklir taktis atau berdaya ledak kecil sebagai penyeimbang terhadap keunggulan konvensional militer India.

Pakistan juga diketahui menyimpan hulu ledaknya secara terpisah dari sistem peluncur dan hanya akan dirakit saat akan digunakan.

Para pakar memperingatkan bahwa bahkan pertukaran nuklir skala kecil antara India dan Pakistan dapat menewaskan hingga 20 juta jiwa dalam waktu satu pekan.

Jika konflik tersebut memicu nuclear winter (musim dingin nuklir), hampir dua miliar orang di negara-negara berkembang terancam kelaparan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular