Militer Israel pada Rabu (30/4/2025) menyatakan telah mengevakuasi tiga warga Druze dari Suriah untuk menjalani perawatan medis di Israel, di tengah meningkatnya kekerasan di sekitar ibu kota Suriah, Damaskus, lansir New Arab.
“Beberapa saat lalu, tiga warga Druze Suriah dievakuasi dari Suriah untuk menerima perawatan medis di Israel,” bunyi pernyataan resmi militer.
Pasien tersebut kini dirawat di kota Safed, Israel utara. Militer tidak mengungkap lokasi atau cara mereka terluka, hanya menyebut bahwa cedera terjadi di wilayah Suriah.
Evakuasi ini dilakukan hanya beberapa jam setelah Israel melancarkan serangan udara ke kota Sahnaya, dekat Damaskus. Pemerintah menyebut serangan itu menargetkan “kelompok ekstremis” yang diduga bersiap menyerang komunitas Druze setempat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa operasi ini merupakan “peringatan tegas” kepada pemerintahan baru Suriah yang dipimpin kelompok Islamis.
“Israel mengharapkan mereka mengambil langkah untuk melindungi komunitas Druze,” ujarnya.
Kepala staf militer Israel telah memerintahkan pasukan untuk bersiaga, termasuk mempersiapkan serangan ke target-target pemerintah Suriah jika kekerasan terhadap Druze kembali terjadi.
Dalam dua hari terakhir, bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan kelompok Druze bersenjata menewaskan sedikitnya 39 orang di sekitar Damaskus. Ketegangan dipicu oleh beredarnya rekaman suara bernuansa sektarian yang menghina tokoh-tokoh Islam.
Pasukan Israel kini telah dikerahkan di sepanjang perbatasan dan menyatakan kesiapan menghadapi “perkembangan di Suriah.”
Komunitas Druze tolak campur tangan Israel
Meskipun Israel mengklaim bertindak untuk melindungi kelompok Druze, sejumlah pemimpin Druze di Suriah secara terbuka menolak intervensi Israel dan menegaskan kesetiaan mereka pada persatuan nasional Suriah.
Sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu, Israel telah menguasai sejumlah wilayah di selatan Suriah dengan alasan “keamanan.” Namun langkah ini menuai kecaman dari Damaskus dan sekutunya.