Enam bayi Palestina meninggal dalam beberapa jam terakhir cuaca dingin ekstrem di Gaza akibat Israel terus memblokir masuknya bantuan tempat penampungan atau shelter.
Situasi ini memperburuk kondisi musim dingin yang keras dan membuat kehidupan di Gaza semakin tidak layak huni.
Dr. Saeed Salah, direktur medis Rumah Sakit Masyarakat Dermawan Teman Pasien, mengatakan pada Senin bahwa tiga bayi meninggal akibat kedinginan yang ekstrem dan tiga bayi lainnya masih dalam kondisi kritis.
“Dalam dua minggu terakhir, kami telah merawat delapan bayi baru lahir yang menderita cedera akibat kedinginan parah,” ujar Salah.
“Tiga di antaranya meninggal dalam beberapa jam setelah tiba. Mereka baru berusia satu atau dua hari, dengan berat badan antara 1,7 kg hingga 2 kg. Dua di antaranya sudah pulih, namun tiga lainnya masih dalam kondisi kritis. Kelangsungan hidup mereka masih belum pasti,” tambahnya.
Pada Selasa, Salah mengonfirmasi bahwa tiga bayi lainnya meninggal akibat “kedinginan parah.”
Badai musim dingin, angin kencang, dan hujan lebat semakin memperburuk penderitaan pengungsi Palestina. Ribuan orang kini tinggal di tenda darurat setelah serangan udara Israel menghancurkan rumah mereka. Banyak pengungsi yang kembali ke Gaza utara mendapati rumah mereka tidak dapat dihuni.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa lebih dari 500.000 orang telah kembali ke daerah-daerah utara. “Makanan, air, dan tempat penampungan masih menjadi kebutuhan mendesak,” kata OCHA.
Namun, pengiriman bantuan tetap tidak memadai.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa Israel telah membatasi pengiriman bantuan. “Tempat penampungan adalah kebutuhan kemanusiaan yang mendesak,” katanya. “Israel mencegah masuknya rumah mobile dan tempat penampungan darurat, yang membahayakan ribuan orang.”
Menurut kesepakatan gencatan senjata, 60.000 rumah mobile dan 200.000 tenda serta alat berat seharusnya masuk ke wilayah tersebut.
UNICEF memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza menghadapi bahaya ekstrem akibat kedinginan. “Sangat menakutkan bagi mereka untuk terpapar suhu beku,” kata juru bicara UNICEF, Tess Ingram. “Kami sudah melihat anak-anak meninggal akibat hipotermia. Keluarga-keluarga kekurangan pakaian hangat dan banyak anak yang tidak memiliki sepatu.”