Sunday, February 23, 2025
HomeBeritaIsrael bunuh dua perempuan Palestina dan bayi dalam kandungan di Tepi Barat

Israel bunuh dua perempuan Palestina dan bayi dalam kandungan di Tepi Barat

Dua wanita Palestina dan seorang bayi yang masih dalam kandungan tewas akibat tembakan pasukan Israel saat operasi di kamp pengungsi Nour Shams di Tepi Barat yang diduduki.

Sundus Jamal Shalabi, 23 tahun, yang tengah hamil delapan bulan, bersama bayinya, ditembak dan tewas oleh tembakan Israel pada Minggu pagi, demikian menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Suami Shalabi juga terluka parah dalam serangan tersebut.

Tim medis tidak dapat menyelamatkan Shalabi dan bayinya karena pasukan Israel menghalangi akses menuju lokasi, kata kementerian tersebut.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyebutkan bahwa kematian Shalabi adalah contoh terbaru dari tindakan militer Israel yang menargetkan warga sipil.

“Mereka melengkapi kejahatan ini dengan menghalangi kerja tim ambulans dua kali, pertama dengan menghalangi ambulans untuk mencapai yang terluka dan berusaha menyelamatkan mereka,” ujar kementerian itu.

“Dan yang kedua, dengan sengaja menahan ambulans dan menunda kedatangannya ke Rumah Sakit Pemerintah Thabet Thabet, yang sudah terkepung oleh pasukan pendudukan.”

Kementerian juga menyatakan bahwa pihaknya sedang menindaklanjuti “kejahatan pembunuhan, pembersihan etnis, dan pemindahan paksa yang dilakukan oleh pasukan pendudukan kepada berbagai badan internasional dan lembaga PBB untuk mempertanggungjawabkan para penjahat perang Israel.”

Jurnalis Khaled Bdair yang berbicara kepada Middle East Eye menggambarkan pembunuhan seorang wanita saat keluarganya berusaha melarikan diri dari kawasan Al-Manshiya, timur kamp pengungsi Nour Shams. Pasangan tersebut bersama dua anak mereka berada di dalam kendaraan mereka ketika pasukan Israel langsung membuka tembakan ke arah mereka.

Wanita itu tewas, sementara suaminya mengalami cedera kritis. Warga setempat berhasil menarik kedua anak tersebut ke tempat aman di rumah-rumah yang terletak di pinggiran kawasan tersebut.

“Ketika ambulans dari Palang Merah Palestina tiba untuk membawa mereka, ambulans tersebut ditahan selama tiga puluh menit sebelum diizinkan melanjutkan perjalanan, dan kemudian kematian wanita itu diumumkan,” kata Bdair.

Beberapa jam kemudian, Rahaf Fuad Abdullah, 21 tahun, juga ditembak mati oleh pasukan Israel dengan peluru tajam di kamp tersebut, timur Tulkarm. Ia dilaporkan tewas seketika, menurut laporan kantor berita Wafa.

Seorang anak berusia 14 tahun dan ayahnya terluka akibat tembakan pasukan militer Israel di kamp tersebut, kata Palang Merah Palestina.

Blokade dan Pengungsian
Wafa melaporkan bahwa pasukan Israel mengirimkan pasukan tambahan di sekitar kamp, mengenakan blokade di semua pintu masuk dan keluar. Serangan ini adalah bagian dari operasi yang lebih luas yang menargetkan Tulkarm.

Bulldozer Israel merusak beberapa jalan di kamp, merusak pipa air di kawasan Jabal al-Nasr.

Seperti dalam serangan-serangan sebelumnya di kamp pengungsi, tentara Israel mengepung kawasan-kawasan di pinggiran kamp dan memerintahkan warga untuk mengungsi.

Suleiman Zuhairi, salah seorang warga kamp, menggambarkan pengepungan yang dimulai pada Minggu pagi dengan serangan udara dan darat yang menargetkan rumah-rumah setelah warganya dipaksa keluar.

Pasukan sniper Israel ditempatkan di gedung-gedung tinggi sementara buldozer merusak infrastruktur, memutuskan jaringan listrik, air, dan saluran pembuangan. Ledakan terdengar di pintu masuk rumah sebelum tentara menyerbu masuk.

“Para tentara memaksa orang-orang bergerak menuju Kafr al-Labad dan Thanaba, menembak siapa pun yang berusaha bergerak. Kamp sepenuhnya dikepung, memutuskan Jalur Nablus-Tulkarm, jalan utama yang menghubungkan Tulkarm dengan kota-kota lain, yang mengalami kerusakan parah, termasuk perusakan toko-toko,” kata Zuhairi kepada Middle East Eye.

Ia melaporkan adanya korban luka namun menekankan bahwa blokade yang ketat menghalangi tim medis untuk mencapai yang terluka. Warga setempat khawatir akan adanya serangan berkepanjangan, seperti yang terjadi di kamp Jenin dan Tulkarm, yang mengakibatkan pengungsian massal.

“Pergerakan di dalam kamp sangat sulit kecuali pasukan Israel mengizinkannya. Orang-orang menderita kekurangan bahan pangan, pemadaman air total, dan tidak ada akses ke perawatan medis bagi orang sakit, anak-anak, dan wanita hamil, karena tentara menghalangi tim medis untuk masuk,” tambahnya.

Sebelum mengusir mereka, pasukan Israel memperingatkan para pengungsi Palestina agar tidak kembali ke rumah mereka selama dua minggu.

Pada 21 Januari lalu, Israel meluncurkan serangan besar-besaran di Tepi Barat bagian utara yang diduduki, dimulai dari Jenin dan sekitarnya, yang menewaskan 25 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Serangan ini meluas ke Tulkarm pada 27 Januari, di mana lima warga Palestina tewas. Pada 2 Februari, Israel meluncurkan operasi lain di Tamoun dan kamp Fara’a di Tubas, menarik diri dari Tamoun setelah seminggu, namun melanjutkan serangannya di kamp Fara’a.

Di tempat lain di Tepi Barat pada Minggu, pasukan Israel menyerbu desa al-Nassariya, timur laut Nablus. Sementara itu, para pemukim Israel yang dilindungi militer menyerbu kota Huwwara, selatan Nablus, dengan membawa bendera dan menutup jalan-jalan utama.

Pasukan keamanan Israel melanjutkan kampanye militer mereka yang sudah berlangsung beberapa minggu di kawasan utara Tepi Barat yang diduduki, termasuk Jenin, Tulkarm, dan Tubas.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular