Israel hanya mengizinkan sekitar sepertiga dari total misi kemanusiaan yang direncanakan masuk ke Gaza dalam sepekan terakhir, demikian menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (22/11).
Anadolu Agency menulis, situasi ini memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah yang terkepung seperti di utara Gaza, terutama dengan datangnya musim dingin.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan, dari 129 misi yang direncanakan, hanya sepertiga yang disetujui oleh otoritas Israel. Sisanya ditolak, dihalangi, atau dibatalkan karena alasan keamanan maupun logistik, ungkap juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam sebuah konferensi pers.
“Seiring mendekatnya musim dingin, rakyat Palestina di Gaza sangat membutuhkan tempat berlindung yang memadai untuk melindungi diri dari hujan dan dingin. Mitra kami berusaha mendistribusikan tenda dan terpal secepat mungkin, tetapi hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang dapat masuk ke Gaza,” kata Dujarric.
Saat ini, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi tinggal di tempat penampungan darurat atau bangunan rusak, terutama di Gaza utara. Wilayah tersebut menjadi lokasi utama konflik yang terus berlangsung, menyebabkan meningkatnya pengungsian serta kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, tambahnya.
Data terbaru PBB menunjukkan lebih dari 36.000 terpal dan 58.000 perangkat penutup atap telah disiapkan, tetapi masih tertahan di luar Gaza menunggu persetujuan masuk. Bantuan ini diperkirakan dapat membantu lebih dari 76.000 keluarga atau sekitar 400.000 orang.
PBB dan organisasi kemanusiaan berulang kali menyerukan akses tanpa hambatan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza, memperingatkan dampak berat bagi warga sipil jika pembatasan ini terus berlanjut.