Israel, pada Rabu (13/11), mengumumkan telah membuka kembali Gerbang Zikim di bagian utara Jalur Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan.
Namun hingga kini, laporan di lapangan menunjukkan belum ada satu pun truk bantuan yang benar-benar menembus perbatasan tersebut.
Dalam pernyataannya, Unit Koordinasi Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) menyebut, “Sesuai arahan tingkat politik, Gerbang Zikim dibuka untuk memungkinkan masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.”
Menurut lembaga itu, pengiriman bantuan akan dikelola oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional setelah melalui pemeriksaan keamanan yang ketat di pos perlintasan.
Namun, berbagai laporan media menegaskan bahwa hingga Rabu sore belum ada bantuan yang masuk melalui gerbang tersebut.
Pembukaan Gerbang Zikim ini dilakukan di tengah tekanan dari lembaga-lembaga kemanusiaan PBB yang berulang kali mendesak agar jalur bantuan ke Gaza bagian utara dibuka kembali.
Kawasan itu menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak akibat agresi militer Israel selama setahun terakhir, terutama setelah gencatan senjata diberlakukan bulan lalu.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut bahwa gerbang itu telah ditutup sejak 12 September lalu.
Sejak saat itu, tak ada satu pun lembaga bantuan yang berhasil menyalurkan pasokan kemanusiaan melalui jalur utara Gaza.
Sebelumnya menjadi akses utama bagi pengiriman bantuan ke wilayah Kota Gaza dan Gaza Utara.
Meski disebut telah dibuka kembali, jumlah truk yang diizinkan Israel masuk ke wilayah Gaza masih jauh dari ketentuan yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.
Kesepakatan tersebut mengatur agar sedikitnya 600 truk bantuan masuk setiap hari, namun hingga kini jumlahnya hanya sebagian kecil dari angka itu.
Sejumlah lembaga PBB, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan belum ada “kemajuan berarti” dalam peningkatan volume bantuan pangan yang diizinkan masuk sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober lalu.
“Kelaparan belum mereda,” tegas WHO dalam laporannya.
Mereka menyebut bahwa pasokan makanan masih sangat terbatas dan jauh dari kebutuhan dasar jutaan warga Gaza yang terdampak.
Selama perang berlangsung, Israel berulang kali memutus aliran bantuan ke Gaza, memperburuk krisis kemanusiaan yang telah lama terjadi. Menurut PBB, kebijakan ini menyebabkan kelaparan akut di sejumlah wilayah, terutama di bagian utara yang terisolasi dari jalur distribusi utama.
Kendati Israel mengklaim pembukaan Gerbang Zikim sebagai langkah kemanusiaan, berbagai sumber kemanusiaan di lapangan menyebut tindakan itu lebih bersifat simbolik ketimbang nyata, selama arus bantuan masih dibatasi secara ketat.


