Pasukan pendudukan Israel menggerebek kantor Aljazeera di Ramallah dan memerintahkan penutupan kantor tersebut selama 45 hari berdasarkan perintah militer.
Setelah penggerebekan, pasukan Israel menyita semua perangkat dan dokumen yang ada di kantor serta melarang staf menggunakan kendaraan mereka. Siaran Aljazeera juga dihentikan.
Menurut laporan wartawan Aljazeera, pasukan Israel mengepung gedung yang menampung kantor Aljazeera di Ramallah sebelum meledakkan pintu besi gedung tersebut.
Rekaman yang disiarkan oleh Aljazeera menunjukkan tentara Israel bersenjata lengkap menyerbu kantor, memberikan perintah penutupan kepada kepala biro Aljazeera, Walid Al-Omari.
Pasukan Israel kemudian menyita semua perangkat dan dokumen yang ada di kantor tersebut, serta mengirimkan truk untuk mengangkut peralatan siaran dan dokumen dari kantor.
Baca juga: Korban tewas serangan Israel di Beirut naik menjadi 37 Orang
Mereka juga melarang kru Aljazeera, termasuk Walid Al-Omari dan Jivara Al-Budairi, menggunakan kendaraan mereka dan mencegah mereka bekerja di jalan-jalan Ramallah. Selain itu, siaran Aljazeera dihentikan.
Wartawan Aljazeera melaporkan bahwa pasukan Israel menembakkan gas air mata di sekitar kantor Aljazeera dan di Al-Manara Square.
Walid Al-Omari, kepala biro Aljazeera di Ramallah, mengatakan bahwa tentara Israel merobek foto jurnalis Aljazeera, Shireen Abu Aqla, yang terpajang di kantor, serta merusak isi kantor.
Ia menambahkan bahwa perintah penutupan ini didahului oleh hasutan dari beberapa menteri dan pejabat Israel terhadap Aljazeera.
Radio Tentara Israel melaporkan bahwa keputusan untuk menutup kantor Aljazeera di Ramallah diambil karena siaran mereka “membahayakan keamanan negara.”
Penutupan ini dilakukan atas arahan pimpinan politik dan setelah mendapat konsultasi hukum.
Penggerebekan dan penutupan ini terjadi empat bulan setelah penutupan kantor Aljazeera di Yerusalem.
Sebagai tanggapan awal, kantor media pemerintah di Gaza mengecam keputusan tersebut sebagai “tindakan barbar dan skandal bagi Israel.” Mereka menyebut penutupan ini sebagai “kejahatan dan pelanggaran hukum internasional.”
Baca juga: Israel serang Lebanon, untuk tetap bantai Gaza
Baca juga: 2 tentara Israel tewas di perbatasan Lebanon