Kepala Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki, Ibrahim Kalın, mengadakan pembicaraan dengan pejabat biro politik Hamas pada Senin kemarin untuk membahas perkembangan terbaru terkait upaya gencatan senjata di Gaza, lansir Daily Sabah.
Pembicaraan ini berlangsung di tengah laporan adanya kemajuan dalam negosiasi.
Sumber-sumber yang terlibat dalam diskusi tersebut menyebutkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan upaya demi mencapai gencatan senjata, dengan mengutamakan dialog dan kerja sama lebih lanjut.
Pada hari yang sama, Qatar mengirimkan draf akhir kesepakatan kepada Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang Gaza.
Langkah ini terwujud setelah tercapainya terobosan tengah malam dalam pembicaraan yang turut dihadiri oleh utusan Presiden terpilih AS, Donald Trump.
Turki, yang selama ini sangat kritis terhadap serangan brutal Israel di Gaza, menyebutnya sebagai tindakan genosida.
Turki juga mengkritik sekutu-sekutu Barat yang mendukung Israel, dan berulang kali menyerukan persatuan umat Muslim untuk mendesak gencatan senjata yang sangat diperlukan.
Ankara mendesak Israel untuk menanggapi pendekatan konstruktif Palestina dalam negosiasi gencatan senjata dan mendesak komunitas internasional untuk menekan pemerintah Netanyahu.
Selain itu, Turki dikenal sebagai pendukung setia Hamas, yang mereka anggap sebagai gerakan perlawanan, berbeda dengan banyak negara Barat yang menyebutnya sebagai kelompok teroris. Turki juga beberapa kali menjamu pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, untuk membahas upaya gencatan senjata serta krisis kemanusiaan di Gaza.
Sebagai bagian dari sikap tegasnya, Turki juga telah mengajukan permohonan resmi untuk bergabung dengan inisiatif Afrika Selatan yang berusaha membawa Israel ke Pengadilan Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida.