Sejumlah pejabat tinggi India dilaporkan merasa geram atas pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara India dan Pakistan. Pernyataan tersebut disampaikan tanpa koordinasi sebelumnya dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Seperti dilaporkan Bloomberg, para pejabat India terkejut dengan pengumuman yang disampaikan Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social, pada Sabtu (tanggal tidak disebutkan).
Dalam pernyataannya, Trump menyebut India dan Pakistan telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata “menyeluruh dan segera” setelah beberapa hari bentrokan senjata artileri dan rudal yang menewaskan sedikitnya 60 orang dari kedua belah pihak.
Bloomberg mengutip sumber yang menyebut bahwa pengumuman sepihak tersebut dianggap melemahkan posisi diplomatik India, khususnya terkait kebijakannya di wilayah sengketa Kashmir. Bahkan, beberapa pejabat menilai langkah Trump itu sebagai kemenangan besar secara diplomatik bagi Pakistan dan sebagai bentuk pengabaian terhadap otoritas Modi.
Dalam percakapan via telepon antara Modi dan Wakil Presiden AS J.D. Vance sebelum pengumuman, Modi dikabarkan menolak komitmen untuk meredakan ketegangan. Ia justru menegaskan bahwa India akan memberikan respons tegas jika Pakistan meningkatkan eskalasi.
Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak 22 April lalu, ketika terjadi serangan bersenjata di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Insiden tersebut menewaskan 26 orang di sebuah lokasi wisata.
India menuduh kelompok militan Lashkar-e-Taiba sebagai pelaku serangan, namun Pakistan membantah keterlibatan dan menyerukan dilakukannya penyelidikan independen.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa perwakilan India dan Pakistan akan bertemu di lokasi netral, meskipun hal ini juga menambah rasa frustrasi di kalangan pejabat India.
Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi pecahnya perang berskala besar antara dua negara berkekuatan nuklir itu.