Saturday, November 22, 2025
HomeBeritaLAPORAN KHUSUS - Siapa yang membiayai permukiman Israel di Tepi Barat dan...

LAPORAN KHUSUS – Siapa yang membiayai permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem?

Sebuah laporan komprehensif mengungkap jejaring pendanaan—baik domestik maupun internasional—yang menopang keberlanjutan proyek permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur.

Temuan tersebut menyiratkan bahwa meski ada konsensus global yang menganggap permukiman sebagai tindakan ilegal dan rintangan utama bagi solusi 2 negara, aliran dana ke proyek itu tetap deras dan terstruktur.

Data yang dibentangkan menggambarkan betapa pendanaan, khususnya dari luar negeri, menjadi instrumen sentral dalam memperkuat keberadaan permukiman.

Yaitu, pembangunan ribuan unit baru, pemindahan ratusan ribu warga Israel ke jantung wilayah pendudukan, serta penyokongan sistem pendidikan agama yang sangat konservatif.

Tidak jarang pula dana itu mengalir bagi keluarga pemukim yang terbukti melakukan kejahatan ekstrem terhadap warga Palestina.

Perusahaan multinasional di pusaran tuduhan

Dalam pembaruan basis data yang dirilis pada 26 September 2025, Komisi Tinggi HAM PBB memasukkan 158 perusahaan yang terlibat dalam aktivitas ekonomi di permukiman.

138 di antaranya perusahaan Israel, sementara 20 sisanya berasal dari 10 negara, terutama Amerika Serikat, Kanada, Prancis, dan Jerman.

Perusahaan-perusahaan AS mendominasi daftar tersebut, mencakup nama-nama besar seperti Airbnb, Booking Holdings, Expedia Group, Motorola Solutions, Re/Max, dan TripAdvisor.

Selain itu, empat perusahaan besar Spanyol yang bergerak di sektor konstruksi dan infrastruktur (ACS, CAF, Ineco, SEMI) juga tercatat.

Dua perusahaan rekayasa asal Prancis, Egis dan Egis Rail, turut masuk daftar, begitu pula 2 perusahaan Inggris, Greenkote PLC dan JCB, yang dikenal luas karena peralatan beratnya yang digunakan dalam pembangunan permukiman.

Daftar tersebut juga melibatkan perusahaan dari Jerman, Belanda, Luksemburg, Tiongkok, dan Kanada.

Aktivitas bisnis mereka mencakup bidang properti, pariwisata, telekomunikasi, teknologi, dan konstruksi—kontribusi langsung terhadap “penguatan infrastruktur permukiman”.

Sektor perbankan yang memperkuat permukiman

Menurut laporan Human Rights Watch (2018), tujuh bank terbesar Israel memberikan layanan finansial yang memungkinkan pembangunan dan perluasan permukiman.

Bank-bank tersebut memperoleh hak kepemilikan dalam proyek konstruksi, menyediakan kredit, membuka jalur pembiayaan, dan memfasilitasi pemindahan pemukim yang membeli unit-unit itu.

Ketujuh bank itu antara lain: Hapoalim, Leumi, Discount, Mizrahi Tefahot, First International, Union Bank, dan Bank of Jerusalem.

Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia dalam laporan 2017 menyatakan bahwa 4 bank dan 1 perusahaan asuransi Prancis terlibat secara tidak langsung.

Keterlibatan itu melalui kerja sama dengan bank-bank Israel yang beroperasi di permukiman: BNP Paribas, Société Générale, Crédit Agricole, BPCE, serta perusahaan asuransi AXA.

Federasi itu menilai bahwa hubungan keuangan tersebut memfasilitasi perluasan permukiman dan pembangunan unit eksklusif bagi warga Israel, sembari merusak hak-hak sosial dan ekonomi warga Palestina.

Amerika Serikat: Penyumbang terbesar

Laporan media Israel menunjukkan bahwa organisasi-organisasi sayap kanan di Israel menerima donasi ratusan juta dolar dari komunitas Yahudi Amerika Serikat (AS). Sebagian besar donasi itu dibebaskan dari pajak.

Menurut laporan Harretz (2015), lebih dari 50 organisasi Yahudi Amerika menyalurkan lebih dari 1 miliar shekel (sekitar 220 juta dolar) untuk mendukung permukim di Tepi Barat antara 2009 dan 2013.

Dana tersebut tidak hanya digunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk lembaga pendidikan agama ultraortodoks—seperti sekolah Neve Shmuel di permukiman Efrat—serta bagi keluarga pemukim yang dihukum atas pembunuhan warga Palestina, dan bagi kelompok-kelompok berhaluan ekstrem.

Di antara lembaga donor yang paling menonjol adalah Central Fund of Israel yang berbasis di Manhattan; Hebron Fund di Brooklyn; Keren Hayesod yang aktif di 45 negara; Jewish Agency; Friends of the IDF (Miami); European Jewish Development Fund; dan Yayasan “Ruth Bat Sarah” yang didukung miliarder AS, Ira Rennert.

Pendanaan tidak hanya mengalir dari AS. Di berbagai negara lain, tokoh-tokoh kaya turut mengirim dana untuk kegiatan serupa.

Miliarder Rusia-Israel Roman Abramovich, misalnya, menyumbangkan jutaan dolar untuk organisasi permukiman seperti Yesha dan Elad.

Peran organisasi permukiman

Salah satu organisasi yang paling banyak menerima dana asing adalah Elad, yang fokus beroperasi di Yerusalem.

Menurut Harretz, antara 2006 dan 2013 organisasi ini mengumpulkan sekitar 450 juta shekel (125 juta dolar).

Lebih dari separuhnya berasal dari rekening di Bahama, Kepulauan Virgin, dan Seychelles—tanpa kejelasan siapa donor sebenarnya.

Pada 2022, organisasi ini menerima tambahan 28 juta shekel dari pemerintah Israel untuk program judaifikasi di Wadi Rababa, kawasan Silwan, selatan Masjid Al-Aqsha.

Secara keseluruhan, Harretz mencatat bahwa sekitar 40 organisasi telah menyumbangkan hampir 200 juta dolar ke permukiman antara 2000 dan 2010.

Donatur Yahudi Amerika

Kanal 10 Israel pada 2016 memperingatkan bahwa ketegangan antara pemerintah Israel dan kelompok Yahudi Reformis dapat mengurangi aliran donasi dari AS.

Media itu menyarankan kelompok-kelompok kanan Israel untuk tidak memprovokasi komunitas Reformis guna menjaga kestabilan aliran dana.

Alasannya jelas: dukungan finansial komunitas Yahudi AS sangat besar, dan ketidakharmonisan dapat mendorong mereka ke gerakan boikot Israel, sehingga mengancam salah satu sumber pendanaan terbesar.

Donasi dari AS tidak hanya menyokong pembangunan permukiman, tetapi—seperti diberitakan Harretz pada Desember 2015—juga mengalir kepada individu dan organisasi ekstrem yang terlibat dalam kekerasan terhadap warga Palestina.

Donasi itu, misalnya, mencakup bantuan kepada Ami Popper, pelaku pembunuhan 7 pekerja Palestina pada 1990, serta organisasi ekstremist Bat Ayin yang pernah berencana meledakkan sekolah khusus perempuan di Yerusalem Timur pada 2002.

Menurut laporan B’Tselem (Mei 2025), jumlah pemukim di Tepi Barat kini telah melebihi 730.000 orang—naik 8 persen dibanding tahun 2024.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler