Interogasi silang terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam kasus dugaan korupsi yang menjeratnya akan segera dimulai setelah ia menyelesaikan kesaksian utamanya di pengadilan.
Majelis hakim telah menjadwalkan sebanyak 14 sesi untuk mendengarkan kesaksian Netanyahu.
Namun proses ini diperkirakan akan berlangsung jauh lebih lama dari perkiraan awal dan bahkan bisa berlanjut hingga pertengahan 2026.
Harian keuangan Israel, Calcalist, melaporkan bahwa para hakim mulai kehilangan kesabaran karena lamanya waktu yang dibutuhkan Netanyahu untuk memberikan kesaksiannya.
Perpanjangan waktu ini disebabkan oleh berbagai penundaan, termasuk absennya Netanyahu dari persidangan dengan alasan keamanan nasional dan kompleksitas situasi politik serta keamanan negara.
Interogasi silang adalah tahapan penting dalam proses peradilan, di mana pihak kejaksaan akan menguji konsistensi dan kredibilitas keterangan terdakwa setelah ia memberikan kesaksian.
Dalam kasus Netanyahu, proses ini dinilai sebagai tahapan yang paling krusial, berisiko tinggi, dan tidak terduga.
Tujuan utama dari interogasi ini adalah untuk membongkar celah atau kontradiksi dalam kesaksian Netanyahu, serta memperkuat posisi jaksa penuntut.
Skenario masa depan Netanyahu pun semakin penuh tanda tanya. Para pengamat mempertanyakan apakah interogasi ini akan menggagalkan kemungkinan kesepakatan pengakuan bersalah yang sebelumnya pernah ditawarkan kepada Netanyahu tiga tahun lalu.
Presiden Israel Isaac Herzog sempat menyiratkan peluang kembali pada skenario itu dalam beberapa hari terakhir, yaitu Netanyahu keluar dari dunia politik tanpa menjalani hukuman penjara.
Tiga kasus korupsi
Netanyahu menghadapi 3 dakwaan utama yang dikenal sebagai kasus 1000, 2000, dan 4000. Ia dituduh menerima suap, melakukan penipuan, serta menyalahgunakan kepercayaan publik.
Dakwaan resmi dijatuhkan oleh Jaksa Agung saat itu, Avichai Mandelblit, pada November 2019.
Proses pengadilan sendiri baru dimulai pada Januari 2020 dan terus mengalami penundaan yang didorong oleh tim hukum Netanyahu.
Menurut kesaksian Kepala Dinas Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet), Ronen Bar, kepada Mahkamah Agung pada 21 April lalu, Netanyahu pernah memintanya menyampaikan kepada hakim bahwa ia tidak seharusnya bersaksi di pengadilan karena alasan keamanan.
Harian Times of Israel juga mengungkap bahwa Netanyahu mencoba menunda sidangnya tanpa batas waktu dengan mengklaim adanya ancaman serangan dari kelompok Hizbullah terhadap pengadilan di Yerusalem.
Akhirnya, kesaksian Netanyahu pun dipindahkan ke Pengadilan Negeri di Tel Aviv, dengan pengamanan ketat.
Awalnya ia dijadwalkan bersaksi tiga kali seminggu, namun kemudian dikurangi menjadi dua kali dengan berbagai alasan, termasuk tanggung jawabnya sebagai kepala pemerintahan dalam situasi nasional yang genting.
Tiga tahapan interogasi silang
Berdasarkan laporan harian Yedioth Ahronoth, kesaksian utama Netanyahu diperkirakan selesai pada Rabu pekan depan, dan interogasi silang akan dimulai 2 hari setelahnya.
Proses ini diprediksi berlangsung antara 9 hingga 14 bulan, yang berarti dapat berlanjut hingga pertengahan 2026.
Pihak kejaksaan akan berusaha membuktikan ketidakkonsistenan dalam pernyataan Netanyahu dan menggoyang kredibilitasnya.
Analis politik Anna Barsky dalam artikelnya di harian Maariv menilai bahwa tahapan ini sangat sensitif dan berisiko menjatuhkan terdakwa, termasuk mereka yang memiliki kecerdasan hukum tinggi seperti Netanyahu.
Kegelisahan terhadap tahap ini mulai terlihat di lingkaran dalam Netanyahu, yang sebagian bahkan mengusulkan skenario penundaan lewat eskalasi perang di Gaza atau percepatan pemilu.
Namun di sisi lain, terdapat pula kelompok pendukung yang tetap optimistis dan mendorong Netanyahu melanjutkan proses pengadilan hingga akhir.
Mereka meyakini bahwa hasil akhirnya akan berupa pembatalan dakwaan dan kemenangan penuh bagi sang perdana menteri.
Adapun proses interogasi silang ini akan berlangsung dalam tiga tahap:
- Tim pembela Shaul Elovitch, mantan pemilik perusahaan telekomunikasi Bezeq dan situs berita Walla, akan diinterogasi selama tiga hari. Elovitch dianggap sebagai tokoh kunci dalam kasus 4000, di mana ia dan istrinya bersama Netanyahu didakwa menerima suap dan menghalangi proses hukum.
- Iris Elovitch, istri Shaul, akan diinterogasi selama satu hingga dua hari. Ia juga didakwa dalam kasus yang sama.
- Interogasi oleh jaksa penuntut umum, yang menyatakan bahwa tahap ini akan memakan waktu tiga kali lebih lama daripada kesaksian Netanyahu sendiri, yang berlangsung selama enam bulan terakhir. Dengan demikian, fase ini berpotensi menyita waktu hingga pertengahan tahun depan.
Tantangan yang dihadapi oleh jaksa penuntut
Menjelang dimulainya tahap interogasi silang dalam persidangan dugaan korupsi terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tantangan besar juga menanti pihak kejaksaan.
Menurut laporan saluran Channel 12, terdapat tiga tantangan utama yang harus dihadapi kejaksaan dalam upaya mereka membongkar keterangan Netanyahu yang selama ini dinilai penuh celah.
Pertama, kejaksaan harus memastikan kelanjutan dan konsistensi jalannya kesaksian, terutama karena selama proses kesaksian sebelumnya Netanyahu kerap meminta jeda dengan dalih kewajiban kenegaraan.
Kedua, mereka juga harus menghadapi jawaban-jawaban menghindar seperti “saya tidak ingat” atau “saya tidak tahu”, yang sering digunakan untuk menghindari pertanggungjawaban langsung.
Ketiga, yang paling krusial adalah mengidentifikasi kontradiksi dan ketidakkonsistenan dalam pernyataan Netanyahu, guna melemahkan kredibilitasnya di mata hakim dan publik.
“Nasib politik Netanyahu, termasuk masa depan Partai Likud dan koalisi pendukungnya, kini berada di ujung tanduk,” ujar pengamat isu-isu Israel, Issmat Mansour.
Ia menambahkan bahwa interogasi silang bukan sekadar formalitas hukum, tapi menjadi ajang pembongkaran cerita, bukti lawan bukti, dalam sorotan publik, menyisir semua detail kasus yang menjeratnya.
Menurut Mansour, kegagalan Netanyahu dalam tahap ini akan menutup seluruh peluang manuver hukum.
Usai interogasi silang, yang tersisa hanyalah kesimpulan akhir dari jaksa dan pembela, sebelum hakim memutuskan vonis.
Jika sampai tahap itu tidak ada kesepakatan, Netanyahu tinggal menunggu keputusan pengadilan—yang dalam banyak prediksi, bisa berujung pada hukuman penjara.
Jalan tengah: kesepakatan pengakuan bersalah?
Dalam beberapa hari terakhir, Presiden Israel Isaac Herzog kembali membuka pintu untuk kemungkinan kesepakatan pengakuan bersalah.
Dalam skema tersebut, Netanyahu akan meninggalkan dunia politik tanpa menjalani hukuman penjara.
Herzog menyebut kesepakatan semacam itu bisa menyelamatkan Israel dari keterbelahan nasional yang lebih parah.
Gagasan ini bukan hal baru. Pada tahun 2022, negosiasi serupa pernah dilakukan, namun gagal karena Netanyahu menolak mengakui “aib moral” yang menjadi syarat utama. Yaitu pengunduran dirinya dari dunia politik untuk waktu yang lama.
Dalam versi sebelumnya, kesepakatan itu mencakup pengakuan Netanyahu atas pelanggaran kepercayaan publik, sementara dakwaan suap dihapuskan.
Namun, hal ini harus disertai dengan pengunduran total dari politik, sebagaimana ditegaskan oleh Jaksa Agung Gali Baharav-Miara.
Analis politik Anna Barsky mencatat bahwa belakangan ini, pembicaraan tentang kemungkinan kesepakatan semakin intens di kalangan lingkaran dalam Netanyahu.
Namun, ia mengingatkan bahwa keputusan harus segera diambil sebelum segalanya terlambat.
Menurut laporan harian Maariv, para penasihat Netanyahu meyakini bahwa setelah interogasi silang dimulai, kesepakatan tidak akan lagi memungkinkan.
“Mereka memperkirakan jaksa akan menyerang Netanyahu dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, menuduhnya berbohong, dan berupaya menjatuhkannya secara moral maupun hukum,” tulis harian itu.
Mereka yakin kejaksaan akan menggencarkan tekanan dan menciptakan situasi yang membuat opsi kesepakatan ditinggalkan sepenuhnya.
Opsi campur tangan internasional
Analis politik lainnya, Firas Yaghi, bahkan tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan internasional, khususnya oleh Amerika Serikat (AS).
Dalam skenario ini, Netanyahu akan diberi jalan keluar dari politik tanpa hukuman penjara, selama ia tidak menghambat rencana geopolitik AS di kawasan atau menyeret wilayah ke dalam perang besar.
Sementara itu, Mansour berpendapat bahwa Netanyahu mungkin saja berani menghadapi interogasi silang.
Tapi, katanya, ia tetap akan berusaha menunggu momen tepat untuk merundingkan kesepakatan baru dengan ketentuan yang lebih ringan, terutama yang tidak mencantumkan unsur “aib moral”.
Ia menilai kondisi saat ini bisa menjadi kesempatan terakhir Netanyahu untuk keluar dari pusaran krisis hukum dan politik yang semakin menyesakkan.
Menurutnya, Presiden Herzog, elit politik, dan apa yang disebut sebagai “negara dalam negara” Israel, semuanya sudah lelah dengan kehadiran Netanyahu.
“Jika kesepakatan bisa mengakhiri dominasi Netanyahu, maka banyak pihak yang akan bersedia menutup seluruh proses hukum, bahkan mengabaikan vonis bersalah, asal bisa menyingkirkannya dari panggung kekuasaan,” katanya.
Bertaruh pada waktu
Di tengah ancaman interogasi silang yang segera digelar dalam proses persidangan kasus korupsi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya tidak hanya mempersiapkan diri di ruang sidang, tetapi juga di arena politik dan legislatif.
Ia menjalankan strategi “perjudian waktu”, dengan memperpanjang proses hukum demi memanfaatkan perkembangan situasi domestik dan geopolitik untuk kepentingannya sendiri.
Salah satu manuver utama Netanyahu adalah mendorong perubahan legislasi yang menguntungkan dirinya secara hukum dan politik.
Ia menggantungkan harapan pada keberhasilan “kudeta hukum” dengan pengesahan Undang-Undang Ketidakmampuan (Incapacity Law)—aturan kontroversial yang membuat pemecatan perdana menteri hanya dapat dilakukan dengan persetujuan 75% kabinet atau 80 anggota Knesset.
Undang-undang ini juga membatasi Mahkamah Agung dari mengadili petisi publik yang menyerukan penggulingan perdana menteri.
Sejauh ini, Netanyahu dan sekutunya telah berhasil meloloskan undang-undang terkait komite pemilihan hakim serta posisi komisaris pengaduan terhadap hakim.
Mereka juga berupaya memberhentikan Jaksa Agung Gali Baharav-Miara, meskipun hal ini masih memerlukan proses hukum yang panjang.
Menambah kekhawatiran, pada pekan lalu komite legislatif menyetujui proposal untuk memisahkan fungsi penasihat hukum dari fungsi kejaksaan di kantor jaksa agung.
Baharav-Miara menentang keras inisiatif ini, dan menilai waktu pengajuan undang-undang tersebut bertujuan langsung untuk memengaruhi jalannya proses hukum terhadap Netanyahu.
Perubahan iklim politik: Dukungannya mulai terkikis
Namun, tak semua berjalan sesuai harapan Netanyahu. Dalam artikelnya, analis Anna Barsky mencatat adanya perubahan besar dalam opini publik, terutama sejak pecahnya perang tanpa akhir yang menghancurkan rasa stabilitas warga Israel.
Kini, bahkan sebagian pendukung Netanyahu mulai menyalahkannya sebagai biang keladi perpecahan nasional.
Meski begitu, pengamat politik Firas Yaghi mencatat bahwa Netanyahu masih memegang kendali atas koalisi sayap kanan yang solid berisi 68 kursi di Knesset.
Dukungan kuat di kalangan kanan Israel memberinya ruang manuver untuk tetap memimpin hingga masa jabatannya berakhir pada Desember 2026.
Bahkan, menurut Yaghi, Netanyahu memiliki opsi ketiga selain pengakuan bersalah atau penjara. Memanfaatkan kondisi keamanan untuk memperlambat proses hukum dan mendorong pengalihan isu melalui capaian geopolitik strategis.
“Netanyahu tidak hanya ingin bertahan, tapi juga membalikkan keadaan dengan pukulan besar secara strategis,” kata Yaghi.
Yaghi menyebut bahwa Netanyahu mempertaruhkan segalanya pada serangan terhadap Iran, bukan semata soal Gaza atau Hizbullah.
“Serangan itu akan menjadi bukti keberhasilannya dan memperkuat citra kepemimpinan nasionalis yang dibutuhkannya untuk terpilih kembali,” imbuhnya.
Keberhasilan semacam itu, menurutnya, akan memperkuat posisi politik Netanyahu, memungkinkan kekebalan parlemen, dan melindunginya dari tuntutan hukum.
Terutama jika Undang-Undang Ketidakmampuan benar-benar diterapkan pada periode Knesset berikutnya.
Panggung interogasi silang: Risiko besar, peluang propaganda
Sementara itu, interogasi silang yang kian dekat tetap menjadi ujian terberat. Pengamat Issmat Mansour melihat bahwa Netanyahu akan menggunakan momen persidangan sebagai panggung politik.
Hal itu menggambarkan dirinya sebagai korban konspirasi sayap kiri, oposisi, dan apa yang disebutnya sebagai “negara dalam negara”.
Ia akan mengarahkan narasi kepada basis pemilih sayap kanan bahwa dirinya dihalangi dari kemenangan politik oleh kekuatan yang ingin menghancurkannya secara pribadi dan politik.
Namun, langkah ini tetap berisiko besar. Interogasi silang bisa menjadi bumerang yang tidak hanya mencederai Netanyahu secara pribadi, tetapi juga masa depan Partai Likud.
Pada November mendatang, partai ini akan menggelar pemilihan internal, dan citra buruk sang pemimpin dapat memperlemah posisi partai secara keseluruhan.
Jika Netanyahu bersikukuh melanjutkan hingga akhir, menurut banyak ahli hukum, maka pengadilan akan mencapai tahap vonis akhir.
Tidak akan ada lagi ruang kompromi atau negosiasi. Jalan keluar satu-satunya adalah menerima putusan—yang bisa berarti hukuman penjara.
Namun Yaghi meyakini bahwa pembicaraan tentang penjara atau kesepakatan pengakuan bersalah masih terlalu dini.
“Netanyahu masih memegang kendali, ia memiliki kekuatan sayap kanan, dan bertaruh pada perubahan undang-undang dan skenario kemenangan politik. Jika dia menang di pemilu mendatang, maka kekebalan politik akan melindunginya,” ujarnya.