Saturday, June 14, 2025
HomeBeritaMedia Israel: Netanyahu tipu intelijen Iran sebelum serang Teheran

Media Israel: Netanyahu tipu intelijen Iran sebelum serang Teheran

Dua surat kabar terkemuka Israel, Jerusalem Post dan Israel Hayom, melaporkan bahwa Israel dengan sengaja menjalankan operasi penyesatan untuk menipu aparat keamanan dan intelijen Iran sebelum melancarkan serangan militer mendadak ke Iran pada Jum’at dini hari, 13 Juni 2025.

Strategi ini, menurut laporan, dimaksudkan untuk menenangkan kewaspadaan Iran sambil mempersiapkan serangan secara diam-diam.

Dalam laporan utamanya, Jerusalem Post mengutip pernyataan seorang pejabat senior Israel yang menyebut bahwa pengungkapan isi rapat kabinet keamanan pada Kamis malam—yang dikatakan membahas isu pembebasan sandera—merupakan bagian dari operasi penyesatan publik.

Padahal, rapat tersebut sejatinya memberi lampu hijau untuk serangan militer terhadap target-target di Iran.

Setelah keputusan diambil, seluruh anggota kabinet diminta menandatangani dokumen kerahasiaan yang dikenal sebagai “Shemar Sod” atau Keeper of Secrets, yang melarang mereka membocorkan informasi apapun dari rapat tersebut.

Strategi tipuan

Lebih jauh, Jerusalem Post menyebut bahwa hanya segelintir pejabat yang diberi akses penuh terhadap rencana serangan, di antaranya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, Kepala Mossad David Barnea, dan sejumlah petinggi militer.

Dalam hari-hari menjelang serangan, kantor Netanyahu mengirimkan sejumlah sinyal palsu ke publik, termasuk pengumuman bahwa Netanyahu akan menghadiri pernikahan putranya Avner dan merencanakan liburan keluarga, seolah tidak ada rencana besar dalam waktu dekat.

Selain itu, diumumkan pula bahwa Dermer dan Barnea akan berangkat ke Washington pada hari Jum’at untuk membahas isu nuklir Iran dengan utusan AS di Oman—padahal perjalanan tersebut tidak pernah dijadwalkan dan keduanya tetap berada di Israel.

Taktik penyesatan lainnya termasuk membiarkan rumor palsu beredar, seperti klaim adanya ketegangan antara Netanyahu dan mantan Presiden AS Donald Trump terkait rencana serangan—isu yang justru menurunkan kesiapsiagaan Iran, menurut analisis media Israel.

“Salah satu operasi tipu daya terhebat”

Sementara itu, Israel Hayom menyebut operasi ini sebagai “salah satu bentuk penyesatan paling canggih dalam sejarah modern Israel.”

Media tersebut mencatat bahwa narasi publik tentang kegaduhan politik dalam negeri, termasuk kontroversi seputar undang-undang wajib militer bagi komunitas ultra-Ortodoks (Haredi), turut menyamarkan persiapan militer yang intens.

Lebih lanjut, surat kabar itu menyebut bahwa ada beberapa sinyal yang bisa ditangkap oleh pengamat jeli, seperti evakuasi sejumlah staf diplomatik AS dari negara-negara di kawasan dan meningkatnya spekulasi media internasional soal kemungkinan serangan Israel.

Namun, diamnya para pejabat senior Israel membuat Iran tidak memiliki indikasi jelas tentang waktu pelaksanaan serangan.

Serangan udara yang terjadi Jumat dini hari itu pun menjadi “kejutan strategis”, kata Israel Hayom, yang menggambarkan momen tersebut sebagai “titik tanpa jalan kembali”.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular