Situs berita The Jerusalem Post pada Ahad, (13/10) mengungkap bagaimana drone Hizbullah bisa mendaratkan serangan yang menewaskan 4 tentara Israel dan melukai 67 lainnya di pangkalan Brigade Golani di utara Israel.
The Post menulis, drone yang digunakan dalam serangan ini diyakini adalah Mirsad-1. Pesawat nirawak yang telah digunakan Hizbullah selama lebih dari dua dekade, berdasarkan desain Iran.
Mirsad-1, menurut pakar dari Alma Research Center, didasarkan pada model Mohajer-2 dari Iran, dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan untuk operasi Hizbullah.
Drone ini mampu membawa hingga 40 kilogram bahan peledak, dengan kecepatan maksimal 370 kilometer per jam, dan memiliki jangkauan operasional sejauh 120 kilometer.
Hizbullah telah menggunakan Mirsad-1 untuk pengintaian dan serangan ofensif sejak 2002, sering kali menggunakannya untuk menembus wilayah udara Israel.
Dalam serangan di Binyamina, Hizbullah meluncurkan beberapa drone di bawah perlindungan rentetan roket, sebuah taktik yang bertujuan untuk mengelabuhi sistem pertahanan Israel.
Salah satu drone berhasil menghindari deteksi dan jatuh di area Binyamina, yang menjadi kebocoran signifikan terhadap pertahanan udara Israel.
Menurut laporan Defense Industry Daily, ini bukan kali pertama drone Mirsad-1 berhasil lolos dari pertahanan Israel. Insiden serupa terjadi awal tahun ini ketika drone Hizbullah terbang di wilayah Israel selama beberapa menit sebelum kembali ke Lebanon tanpa cedera.
Arsenal Drone yang Berkembang
Penggunaan drone oleh Hizbullah adalah bagian dari strategi yang lebih luas oleh Iran untuk meningkatkan kemampuan pasukan proksi mereka.
The Foundation for Defense of Democracies menjelaskan Hizbullah semakin banyak mengintegrasikan drone ke dalam persenjataannya untuk melengkapi kemampuan misil dan roket yang sudah ada.
Drone seperti Mirsad-1 memungkinkan Hizbullah melakukan serangan presisi jauh ke dalam wilayah Israel dengan risiko minimal bagi personelnya.
Taktik ini, yang telah disempurnakan selama bertahun-tahun, merupakan bagian dari upaya Iran yang lebih luas untuk mempersenjatai proksinya dengan teknologi canggih.
Mirsad-1 hanyalah salah satu dari banyak drone dalam armada Hizbullah. Hizbullah berbagai jenis drone, banyak di antaranya buatan Iran atau diadaptasi dari model komersial.
Drone ini digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pengawasan, pengumpulan intelijen, dan misi bunuh diri.
Laporan dari Alma Research Center menunjukkan bahwa Hizbullah memiliki lebih dari 2.000 drone dalam arsenalnya, dengan beberapa perkiraan yang mengklaim kelompok ini memiliki model yang lebih canggih seperti Mohajer-4 dan drone Shahed.
Serangan di Binyamina telah menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas sistem pertahanan udara Israel dalam menghadapi ancaman drone.
Meskipun Iron Dome Israel sangat efektif melawan roket, sistem ini menghadapi tantangan dalam mendeteksi dan mencegat drone kecil yang terbang rendah seperti Mirsad-1.
IDF telah meluncurkan penyelidikan mengapa tidak ada alarm yang berbunyi selama insiden di Binyamina meskipun penggunaan drone oleh Hizbullah semakin meningkat dalam serangannya.
Serangan terbaru ini merupakan bagian dari perang drone yang sedang berlangsung antara Israel dan Hizbullah.
Menurut The Post, Ssejak 1990-an, Hizbullah telah meluncurkan banyak drone ke wilayah Israel, dengan banyak insiden terjadi selama periode konflik yang meningkat.
Dalam beberapa kasus, drone digunakan untuk pengawasan, sementara dalam kasus lain, mereka dipersenjatai dengan bahan peledak untuk melakukan misi bunuh diri.
Menurut pakar pertahanan, Hizbullah sering meluncurkan drone bersamaan dengan tembakan roket untuk mengatasi pertahanan Israel dan mengumpulkan data operasional untuk serangan di masa depan.
Baca juga: 4 tentara Israel tewas, 67 luka-luka akibat drone Hizbullah
Baca juga: Tentara Israel tewas dan terluka akibat sergapan Hizbullah di Lebanon selatan