Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendapatkan penghargaan Mujahidah Diplomasi Award dari Majelis Ulama Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional atas komitmen Menlu Retno dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina pada Kamis (3/10).
Retno, yang baru saja kembali dari New York setelah menghadiri Sidang Majelis Umum PBB ke-79, menyampaikan keprihatinannya atas situasi tragis yang menimpa rakyat Palestina, yang menjadi sorotan utama dalam sidang tersebut.
“Isu Palestina menjadi salah satu topik utama yang dibahas selama pelaksanaan Sidang Majelis Umum PBB,” ujar Retno.
Menurutnya, hampir semua negara anggota menyebutkan situasi Palestina dalam pernyataan nasional mereka.
Tragedi Palestina yang mengkhawatirkan
Retno memaparkan situasi mengerikan yang terjadi di Palestina. Lebih dari 41.700 orang telah terbunuh, termasuk 15.000 anak-anak. “Lebih dari 10.000 orang tertimbun, lebih dari 90.000 terluka, dan 70% perumahan di Gaza hancur,” jelasnya dengan penuh keprihatinan. Tidak hanya itu, pekerja kemanusiaan juga menjadi target serangan.
“Sebanyak 220 pekerja kemanusiaan telah kehilangan nyawanya,” tambah Retno.
Retno menyoroti kebijakan Israel yang melabel badan PBB yang mengurus pengungsi sebagai organisasi teroris. “Bagaimana mungkin sebuah badan PBB dilabeli sebagai teroris dan kegiatannya dibatasi? Bahkan konvoi bantuan kemanusiaan pun diserang,” ujar Retno dengan nada geram.
Dua langkah konkret Indonesia
Indonesia, lanjut Retno, tidak akan tinggal diam. Dalam sidang Majelis Umum PBB, Indonesia terus berdiri di garis depan membela hak-hak Palestina. Retno menjelaskan dua agenda utama yang diperjuangkan oleh Indonesia.
Pertama, Indonesia terus menggalang dukungan untuk pengakuan negara Palestina. “Pengakuan ini akan menempatkan Palestina sejajar dengan bangsa-bangsa lain dan memberikan harapan bagi mereka,” kata Retno.
Indonesia juga mendorong negara-negara lain untuk segera mengakui Palestina demi menghentikan kekejaman Israel.
Kedua, Indonesia terus mendorong implementasi Resolusi Majelis Umum PBB No. ES-10/24 yang meminta Israel menghentikan aktivitas ilegal di wilayah pendudukan Palestina (Occupied Palestinian Territory/OPT).
“Indonesia mendesak pelaksanaan resolusi ini dengan tegas,” kata Retno.
Ketiadaan Palestina dalam pidato Netanyahu
Retno juga menyoroti pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam sidang tersebut. “Dalam pidatonya, Netanyahu sama sekali tidak menyebut Palestina,” katanya.
“Hal ini bukan tanpa maksud. Ini adalah upaya untuk menghilangkan Palestina dan hak-hak mereka serta menihilkan harapan kemerdekaan dan solusi dua negara.”
Menurut Retno, Indonesia, bersama negara-negara lain, masih harus menempuh jalan panjang untuk memperjuangkan hak-hak Palestina. “Kemerdekaan Palestina memerlukan dukungan dari negara-negara yang konsisten seperti Indonesia,” ujarnya.
Dukungan rakyat Indonesia dan organisasi kemasyarakatan
Di tengah perjalanan diplomatik yang panjang ini, Retno bersyukur atas dukungan besar dari rakyat Indonesia dan berbagai organisasi masyarakat. “MUI dan Baznas termasuk mitra penting dalam perjuangan ini,” ungkap Retno.
Namun, ia memperingatkan bahwa upaya sistematis untuk mengubah narasi perjuangan Palestina melalui media sosial terus berlangsung, terutama oleh pihak Israel. Oleh karena itu, menurutnya, narasi yang kuat dan data yang akurat harus menjadi senjata untuk melawan.
Komitmen Indonesia dalam kemanusiaan
Indonesia juga terus berkontribusi dalam bidang kemanusiaan untuk Palestina. Dalam 10 tahun terakhir, bantuan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk Palestina terus mengalir. Retno menyebut pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza sebagai salah satu bukti nyata komitmen tersebut.
Selain itu, Indonesia telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 2.000 warga Palestina dalam berbagai program pengembangan kapasitas. Komitmen Indonesia untuk mendukung UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees) juga terus meningkat.
Retno Marsudi Pamit
Menutup pernyataannya, Retno menyampaikan pesan mendalam setelah hampir satu dekade menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. “Tidak mudah menjalankan politik luar negeri yang bermartabat dan kokoh memperjuangkan kepentingan nasional. Tetapi moralitas dan nilai kebajikan harus terus menjadi kompas kita,” ujarnya.
Retno juga berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung perjuangan diplomasi Indonesia selama ini, serta memberikan pesan kepada seluruh rakyat Indonesia. “Jangan pernah lelah membela kebenaran dan keadilan,” tutup Retno dengan haru.