Sejumlah pejabat dalam tim negosiasi Israel pada Rabu menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz membuat pernyataan yang merugikan proses negosiasi pertukaran tawanan dengan Hamas.
Hal tersebut dilaporkan laman Aljazeera Arabic pada Kamis (26/12).
Kemarin, saat mengunjungi kawasan perbatasan Gaza-Mesir di Jalur Philadelphia, Katz menyatakan, kontrol keamanan atas Gaza tetap berada di tangan Israel.
Ia juga mengatakan akan ada zona penyangga dan area kendali di Gaza.
Sementara itu, Netanyahu dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal Jumat lalu, menegaskan perang dengan Hamas akan terus berlanjut hingga kelompok itu dihancurkan sepenuhnya.
Ia menambahkan, “Israel tidak akan menerima keberadaan Hamas di perbatasannya.”
Menanggapi hal tersebut, sejumlah pejabat anonim dalam tim negosiasi kepada Yedioth Ahronoth mengungkapkan pernyataan Katz bisa merusak negosiasi.
“Jika kesepakatan tidak segera tercapai, sulit bagi militer untuk menemukan ruang baru untuk bermanuver,” ujar mereka.
Para pejabat itu menambahkan, negosiasi telah mencapai tahap akhir, tetapi pernyataan para pemimpin politik telah menyebabkan kerugian besar.
“Kita berada di hari-hari penentuan. Ini adalah waktu untuk mengambil keputusan bijak dengan fleksibilitas dan niat baik,” katanya.
Mereka pun meminta Netanyahu dan Katz untuk tidak mempersulit situasi. “Jangan mengambil langkah yang justru memperumit proses ini dan mengumumkan bahwa perang tidak akan dihentikan, serta militer akan terus mengontrol Gaza.”
Tanggapan Kantor Netanyahu
Merespons tuduhan tersebut, Kantor Netanyahu menyebut komentar para pejabat tim negosiasi sebagai “propaganda palsu yang menggemakan narasi Hamas.”
Dalam pernyataannya, Netanyahu berkomitmen untuk mengembalikan semua tawanan ke Israel dan mencapai tujuan perang, termasuk menghancurkan Hamas serta memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman.
Kantor Netanyahu juga meminta tim negosiasi fokus pada tugas utama, yaitu membawa pulang tawanan, dan berhenti “bermain untuk kepentingan Hamas.”
Proses Negosiasi Terhambat
Tim negosiasi Israel terdiri dari pejabat intelijen senior Mossad, Shin Bet, dan militer. Negosiasi pertukaran tawanan berlangsung di Doha dengan mediasi Qatar dan Mesir.
Namun, Hamas menyebut Israel menambah syarat baru terkait kontrol wilayah, gencatan senjata, dan kembalinya warga Palestina ke Gaza Utara, yang menunda tercapainya kesepakatan.
Di sisi lain, Israel menyalahkan Hamas karena terus mengubah kesepakatan awal. Hingga kini, Tel Aviv menahan lebih dari 10.300 warga Palestina di penjara-penjara Israel.
Sementara itu, Hamas mengklaim bahwa mereka menahan sekitar 100 tawanan Israel, meski puluhan di antaranya dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan besar-besaran Israel di Gaza dengan dukungan AS telah menewaskan lebih dari 153 ribu warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan ribuan lainnya hilang.
Serangan itu juga menghancurkan infrastruktur, menyebabkan kelaparan, dan memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Baca juga: LAPORAN KHUSUS: Hancur lebur era rezim Assad, bagaimana prospek ekonomi Suriah?
Baca juga: Al Jazeera kecam provokasi Fatah terhadap wartawannya di Tepi Barat