Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa telah terjadi “kemajuan signifikan” dalam perundingan gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan kelompok Hamas di Gaza. Meski demikian, ia menekankan bahwa masih terlalu dini untuk memberikan harapan kepada publik.
“Kami tengah bekerja tanpa henti. Namun, terlalu cepat untuk memberikan harapan,” ujar Netanyahu dalam sebuah video yang dirilis oleh kantornya pada Selasa (10/6/2025), seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, juga menyampaikan hal serupa. Ia mengakui adanya kemajuan, namun meminta agar hal itu tidak dibesar-besarkan.
“Ada sejumlah kemajuan belakangan ini, tetapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya tidak ingin melebih-lebihkannya,” ujarnya dalam konferensi pers di Yerusalem.
Harian The Jerusalem Post melaporkan bahwa Netanyahu menggelar pertemuan pada Senin malam untuk membahas perkembangan terbaru dalam perundingan tersebut. Disebutkan bahwa Hamas sedang menyusun tanggapan baru terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff. Proposal ini dinilai berpotensi membuka jalan menuju terobosan diplomatik.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Hamas maupun pemerintah Amerika Serikat terkait klaim dari pihak Israel tersebut.
Sementara itu, PBB melaporkan bahwa Israel menolak 11 dari 18 permintaan koordinasi kemanusiaan yang diajukan lembaga-lembaga PBB untuk wilayah Gaza.
Menurut data resmi pemerintah Israel, masih terdapat 56 warga Israel yang ditahan di Gaza, dengan sekitar 20 orang diyakini masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 10.100 warga Palestina saat ini mendekam di penjara-penjara Israel dalam kondisi yang dilaporkan sangat buruk, termasuk dugaan penyiksaan, kelaparan, serta pengabaian layanan medis, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia Israel dan Palestina.
Hamas berkali-kali menyatakan kesediaannya untuk membebaskan semua tawanan Israel dengan syarat perang dihentikan secara penuh, tentara Israel ditarik dari Gaza, dan seluruh tahanan Palestina dibebaskan. Namun, Netanyahu menolak syarat tersebut dan tetap bersikukuh bahwa kelompok perlawanan Palestina harus dilucuti senjatanya, serta menginginkan kontrol penuh Israel atas wilayah Gaza.
Kebijakan ini memicu kritik dari pihak oposisi dalam negeri Israel serta keluarga para sandera. Mereka menuduh Netanyahu memperpanjang perang demi mempertahankan koalisinya yang didominasi kelompok sayap kanan ekstrem.
Sejak Oktober 2023, militer Israel terus melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Gaza. Serangan tersebut telah menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan pelanggaran serius terhadap warga sipil di wilayah tersebut.