Situs berita Israel “Walla” mengutip pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menegaskan bahwa ia bertekad untuk memasuki negosiasi tahap kedua dari perjanjian Gaza, pada Kamis.
Ia juga menyatakan kesiapannya untuk membahas penghentian perang dan pembebasan tahanan yang sebelumnya tidak disetujui Israel untuk dilepaskan.
Menurut sumber tersebut, Netanyahu mensyaratkan agar Hamas melepaskan kekuasaan di Gaza dan agar para pemimpin tertingginya meninggalkan wilayah tersebut ke luar negeri.
“Jika Hamas menyetujui syarat ini, maka akan ada kemajuan dalam tahap kedua dari perjanjian tersebut,” katanya.
Netanyahu juga mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang tahap pertama dari kesepakatan, seraya menambahkan bahwa hanya 2 atau 3 tawanan tambahan yang dapat dibebaskan berdasarkan kondisi kesehatan mereka.
Sumber tersebut juga menyebutkan bahwa Israel akan menarik diri dari poros Philadelphia (Shalahuddin) jika Hamas menyetujui untuk tidak lagi mengendalikan Gaza. Namun, Hamas dikatakan tidak bersedia menyerahkan kekuatan militernya atau senjata yang mereka miliki.
Sementara itu, surat kabar Israel “Maariv” melaporkan bahwa dewan keamanan dan politik di Tel Aviv akan bertemu pada Selasa mendatang untuk membahas tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata dengan Gaza.
Menurut lembaga penyiaran resmi Israel, Israel diperkirakan akan menerima daftar nama tahanan yang akan dibebaskan pada Jumat besok. Kepala Badan Keamanan Dalam Negeri Israel (Shabak), Ronen Bar, juga telah menginstruksikan para negosiator untuk menyelesaikan kesepakatan tahap pertama dan bersiap untuk tahap kedua.
Namun, juru bicara Perdana Menteri Israel membantah bahwa Netanyahu telah mengajukan rencana terkait tahap kedua, dengan menyatakan bahwa laporan tersebut “tidak benar”.
Saluran TV Israel 14 mengutip Netanyahu yang mengatakan bahwa tahap kedua dari perjanjian ini akan jauh lebih rumit, tetapi ia tetap optimis bahwa kesepakatan dapat dicapai.
Netanyahu juga menyebut bahwa Trump telah memberitahunya bahwa ia sedang berkomunikasi dengan beberapa negara untuk melaksanakan rencana pengusiran warga Palestina.
Netanyahu menilai bahwa pembentukan negara Palestina bukanlah kemenangan bagi Hamas, melainkan juga keuntungan bagi Iran, yang menurutnya akan menjadi kekalahan bagi Israel.
Pada Selasa malam, Trump mengumumkan dalam konferensi pers bersama Netanyahu di Gedung Putih bahwa ia berencana untuk “menguasai” Gaza dan mengusir rakyat Palestina dari wilayah tersebut, yang memicu penolakan luas di tingkat regional dan internasional.
Kekhawatiran di kalangan keluarga tawanan Israel
Sementara itu, pada Kamis, keluarga tawanan Israel di Gaza menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan bahwa tidak semua tawanan akan dikembalikan karena lamanya proses penyelesaian semua tahap kesepakatan.
Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers bersama keluarga tawanan di Tel Aviv, Israel.
“Kami khawatir akan kondisi tawanan kami yang masih hidup di Gaza dan juga terhadap kemungkinan pemulangan jenazah para korban, karena waktu yang lama yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh tahap perjanjian,” begitu kata Lembaga penyiaran Israel mengutip pernyataan seorang putri dari korban serangan 7 Oktober 2023
Menurutnya, mereka tidak bisa berlama-lama. Setiap detik, imbuhnya, akan meningkatkan risiko bagi semua tawanan, baik yang masih hidup, maupun bagi martabat para korban yang telah gugur.
“Saat ini adalah momentum yang ada, jangan sampai terlewat. Sekarang adalah waktunya untuk mencapai kesepakatan yang membawa pulang semua orang,” imbuhnya.
Surat kabar “Israel Hayom” melaporkan bahwa pada Jumat Hamas diperkirakan akan pada Jumat nama tiga tawanan yang akan dibebaskan pada Sabtu, di tengah suasana tegang di antara keluarga para tawanan.
Pada tanggal 19 Januari, perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel mulai berlaku. Perjanjian ini mencakup tiga tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari.
Selama tahap pertama, negosiasi akan diadakan untuk memulai tahap kedua dan ketiga, dengan mediasi Qatar dan Mesir serta dukungan Amerika Serikat.
Media Israel melaporkan bahwa setelah Hamas membebaskan 18 tawanan (13 warga Israel dan 5 warga Thailand). Hamas masih memiliki 79 tawanan lainnya di Gaza. Dari jumlah ini, 20 orang di antaranya dijadwalkan dibebaskan selama tahap pertama dari perjanjian yang sedang berlangsung.
Media Israel juga memperkirakan bahwa dari 79 tawanan yang tersisa di Gaza, sebanyak 36 orang kemungkinan besar telah meninggal dunia.
Dengan dukungan Amerika Serikat, pasukan pendudukan Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, yang mengakibatkan lebih dari 159 ribu warga Palestina gugur atau terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 14 ribu orang dinyatakan hilang.