Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (10/2) meminta tentara penjajahannya untuk memobilisasi tentara cadangan sebagai persiapan serangan darat di kota Rafah, Jalur Gaza selatan,
Menurut Channel 13, Kepala Staf Umum Herzi Halevi menyampaikan tentara akan mampu menangani misi apa pun, namun ada aspek politik yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Rafah merupakan rumah bagi lebih dari 1 juta penduduk yang berlindung perang dan dianggap benteng terakhir Hamas.
Seorang pejabat senior Israel, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan operasi di Rafah semakin dekat.
Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah ketika Israel menggempur Gaza sejak 7 Oktober.
Akasi brutal Israel tersebut telah menewaskan lebih dari 28.000 orang, selain menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan dasar.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan pada hari Sabtu bahwa potensi operasi Israel di Rafah akan menyebabkan bencana kemanusiaan.
“Saya menggaungkan peringatan dari beberapa negara anggota UE bahwa serangan Israel di Rafah akan menyebabkan bencana kemanusiaan dan ketegangan yang parah dengan Mesir,” tulisnya di X.
“Melanjutkan negosiasi untuk membebaskan sandera dan menghentikan permusuhan adalah satu-satunya cara untuk menghindari pertumpahan darah,” tambahnya.
Arab Saudi pada Sabtu (10/2) memperingatkan dampak serangan Israel ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan yang tempat perlindungan terakhir bagi pengungsi Palestina.
“Kerajaan Arab Saudi telah memperingatkan dampak yang sangat berbahaya dari serbuan dan upaya menargetkan kota Rafah di Jalur Gaza,” terang Saudi Press Agency.
Saudi menegaskan Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir bagi ratusan ribu warga sipil yang terpaksa mengungsi akibat agresi brutal Israel.
Riyadh juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk segera bersidang atas pelanggaran yang terus berlanjut terhadap hukum internasional.
“Sidang tersebut guna mencegah Israel menciptakan bencana kemanusiaan yang akan menimpa semua orang yang berada di dalamnya (Gaza),” tulis Saudi Press Agency.
Bulan lalu, Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan perintah sementara yang menuntut Israel berhenti menghalangi pengiriman bantuan ke Gaza.
ICJ juga mendesak Israel memperbaiki situasi kemanusiaan di wilayah tersebut menyusul tuntutan hukum oleh Afrika Selatan yang menuduh Tel Aviv melakukan genosida.