Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan penundaan evakuasi sekitar 150 anak sakit dari Jalur Gaza ke Uni Emirat Arab untuk menerima perawatan. Demikian laporan Haaretz seperti dikutip Aljazeera Arabic pada Senin, (29/7).
Menurut laporan dari stasiun televisi Israel pada Minggu, “Seharusnya sekelompok anak sakit dari Gaza berangkat ke Uni Emirat Arab melalui Israel pada hari Senin. Namun, setelah insiden di Majdal Shams, Netanyahu memerintahkan penundaan keberangkatan mereka,” tanpa menentukan jadwal baru untuk evakuasi tersebut.
Selain itu, Netanyahu membatalkan instruksi Menteri Pertahanan Yoav Gallant untuk mendirikan rumah sakit untuk anak-anak Gaza di Israel.
Keputusan ini diambil setelah insiden di Majdal Shams yang menyebabkan kematian 12 orang dari komunitas Druze. Korban sebagian besar anak-anak tewas akibat jatuhnya roket di lapangan sepak bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel sejak perang tahun 1967.
Meski militer Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas insiden itu. Tetapi Hizbullah membantah keterlibatannya.
Baca juga: Komunitas Druze tolak kehadiran menteri Israel di pemakaman serangan di Golan
Baca juga: “Saya ingin mereka menyukai saya,” kata bekas tawanan Israel di Gaza
Organisasi “Dokter untuk Hak Asasi Manusia” mengecam keputusan ini, menyebutnya sebagai “permainan kejam oleh pemerintah Israel dengan nyawa anak-anak.”
Mereka menegaskan bahwa penderitaan yang disebabkan oleh kematian anak-anak di Majdal Shams tidak boleh digunakan untuk tujuan politik, dan memperingatkan bahwa membahayakan nyawa anak-anak sakit di Gaza tidak akan mengembalikan nyawa anak-anak di utara.
Organisasi ini menambahkan bahwa “penundaan ini adalah bukti lain dari ketidakpedulian terhadap nyawa anak-anak dan non-kombatan di Gaza,” menekankan bahwa balas dendam bukanlah kebijakan yang sah.
Pekan lalu, Netanyahu menginstruksikan kementerian pemerintah dan aparat keamanan untuk melaksanakan rencana evakuasi pasien dari Jalur Gaza ke negara ketiga (Uni Emirat Arab) untuk menerima perawatan melalui bandara Ramon atau Ben Gurion.
Menurut pernyataan yang ditandatangani oleh Sekretaris Kabinet, Yossi Fuchs, instruksi diberikan kepada pihak terkait “untuk melaksanakan rencana darurat bagi pasien yang menderita kondisi medis kompleks dan membutuhkan perawatan lanjutan di luar Jalur Gaza.”
Instruksi ini dikeluarkan setelah kelompok-kelompok hak asasi manusia mengajukan petisi yang menuntut agar pasien dan warga sipil yang terluka diizinkan meninggalkan Jalur Gaza untuk menerima perawatan medis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diharapkan mengelola proses evakuasi ini, termasuk penyaringan pasien, koordinasi dengan militer Israel, dan pendanaan untuk transportasi dari Gaza ke Bandara Ramon.