Di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, analis politik dan penulis Israel, Yoav Stern, menyatakan bahwa Tel Aviv tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut dalam konflik dengan Iran.
Ia menegaskan, Israel lebih memilih situasi mereda pada titik yang telah dicapai saat ini.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Stern mengatakan bahwa sikap Israel mencerminkan kalkulasi strategis yang kompleks terhadap dinamika saat ini.
“Ada prinsip umum dalam konflik bersenjata. Bahwa saat perang dimulai, tak seorang pun benar-benar tahu bagaimana dan kapan ia akan berakhir,” ujarnya.
Pernyataan Stern muncul tak lama setelah pemerintah Israel menyambut baik serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menyasar tiga fasilitas nuklir Iran.
Fasilitas tersebut dinilai sulit untuk dihancurkan sepenuhnya oleh Israel tanpa dukungan militer dari Washington.
Lebih lanjut, Stern menilai bahwa kini bola ada di tangan Iran. Menurutnya, sejauh ini Israel merasa cukup puas dengan hasil serangan militernya terhadap Iran.
Dari sudut pandang Israel, sasaran utama dari operasi tersebut telah tercapai.
Namun di balik keteguhan sikap pemerintah, Israel menghadapi tantangan nyata di dalam negeri.
Serangan balasan Iran telah menghantam berbagai wilayah, termasuk Tel Aviv, Haifa, Negev, dan Yerusalem.
Otoritas Iran mengklaim bahwa mereka menargetkan pusat-pusat riset ilmiah dan instalasi militer Israel.
Dampak pemboman Iran
Dampak dari serangan itu sangat terasa. Ribuan rumah hancur, jutaan warga terpaksa mengungsi ke tempat perlindungan, dan kehidupan sehari-hari praktis lumpuh.
“Bandara hampir tutup, warga tak bisa bekerja, dan aktivitas publik sangat terbatas,” ujar Stern menggambarkan dampak luas dari gempuran rudal Iran.
Dari sisi sosial, alarm serangan udara yang berbunyi tanpa henti sepanjang malam dan siang hari menambah beban psikologis warga.
Meski begitu, Stern menilai ada ketahanan sosial yang cukup kuat di kalangan warga Israel.
“Mayoritas penduduk mematuhi perintah evakuasi dan masuk ke tempat perlindungan saat dibutuhkan,” tuturnya.
Meski korban jiwa telah mencapai puluhan dan luka-luka mencapai ratusan, Stern menyebut publik Israel secara umum masih mendukung langkah-langkah pemerintah.
Ia menilai hal ini sebagai bentuk penerimaan relatif terhadap “harga” yang harus dibayar demi mencapai tujuan keamanan jangka panjang.
Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa Israel tidak ingin situasi ini berlangsung selamanya.
“Perang berkepanjangan tidak menguntungkan siapa pun,” katanya.
Stern pun menyiratkan bahwa bukan hanya Israel yang akan dirugikan jika konflik berubah menjadi perang terbuka jangka panjang, tetapi juga Iran.
Dengan kata lain, meski Israel menunjukkan ketegasan, harapan untuk deeskalasi masih terbuka. Kini, giliran Teheran yang menentukan arah berikutnya.