Pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) telah berperang dengan pejuang di Jenin selama beberapa hari, berusaha menguasai salah satu pusat perlawanan di Tepi Barat menjelang perubahan politik Palestina setelah perang Gaza.
PA, yang memiliki kendali terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, mulai masuk ke Jenin pada awal Desember dan terlibat bentrokan dengan pejuang Hamas dan Jihad Islam.
Setidaknya tiga orang tewas, termasuk seorang komandan Jihad Islam dan dua warga sipil. Badan PBB, OCHA, mendesak penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan Palestina.
Pasukan Palestina, yang membawa senjata berat dan kendaraan lapis baja, mendirikan pos pemeriksaan di sekitar kota dan kamp pengungsi, tempat terjadi protes dari warga yang menentang operasi tersebut.
Warga menyebut perilaku pasukan PA mirip dengan pasukan Israel di Jenin, yang sudah lama menjadi pusat perlawanan Palestina.
Brigadir Jenderal Anwar Rajab, juru bicara pasukan PA, mengatakan operasi ini untuk menegakkan keamanan dan akan terus berlanjut hingga tujuan tercapai.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Mustafa, mengatakan operasi ini bertujuan untuk mengembalikan keamanan sebagai langkah menuju negara merdeka.
Namun, operasi ini mendapat perlawanan kuat di Jenin dan kota-kota lain di Tepi Barat, seperti Tubas dan Tulkarm.
Otoritas Palestina dibentuk 30 tahun lalu di bawah kesepakatan damai Oslo dengan kendali terbatas. Namun, PA diusir dari Gaza oleh Hamas pada 2007.
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel bertekad mengusir Hamas dari Gaza. Banyak negara Barat dan Arab berharap PA dapat memiliki peran di Gaza.
Michael Mihlshtein, seorang pakar Palestina, mengatakan Abbas sedang berusaha menunjukkan kekuatan menjelang kesepakatan pasca-perang di Gaza.
Israel menuduh PA gagal mengendalikan kelompok pejuang di Tepi Barat, sementara PA menyalahkan Israel yang merusak otoritasnya.
Pejabat PA mengatakan operasi ini untuk mencegah Hamas dan Jihad Islam menguasai Tepi Barat seperti yang terjadi di Gaza.