Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa setidaknya 94 persen rumah sakit di Jalur Gaza mengalami kerusakan atau kehancuran, dengan separuh di antaranya tidak lagi beroperasi. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara PBB, Farhan Haq, dalam konferensi pers pada Jum’at (24/5/2025).
Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Haq menyatakan bahwa “intensifikasi konflik telah mendorong sistem kesehatan Gaza yang sebelumnya sudah rapuh ke titik kehancuran.”
Menurut Haq, empat rumah sakit utama menghentikan operasional dalam sepekan terakhir akibat serangan langsung atau perintah evakuasi. Ia juga mengungkapkan bahwa dari hampir 700 serangan terhadap fasilitas kesehatan sejak Oktober 2023, sekitar 4 persen terjadi hanya dalam sepekan terakhir.
“Terdapat 28 serangan dalam tujuh hari terakhir—angka ini empat kali lipat dari rata-rata serangan harian,” ujar Haq.
Terkait distribusi bantuan kemanusiaan, Haq menyampaikan bahwa PBB berhasil memindahkan sekitar 100 truk bantuan penuh ke wilayah perbatasan Kerem Shalom dan mengambil sekitar 35 truk dari sisi Palestina untuk didistribusikan lebih lanjut ke wilayah yang membutuhkan di Gaza.
Namun, Haq juga mencatat adanya insiden penjarahan terhadap sekitar 15 truk bantuan makanan yang ditujukan untuk mendukung operasional sejumlah pabrik roti.
“Kelaparan, kekurangan, dan kecemasan terhadap kedatangan bantuan pangan berkontribusi pada meningkatnya ketidakamanan,” ujarnya. Ia mendesak otoritas Israel agar mengizinkan masuknya bantuan dalam jumlah yang jauh lebih besar, lebih cepat, secara konsisten, dan melalui jalur yang aman.
Sementara itu, di wilayah Tepi Barat yang diduduki, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa kekerasan oleh pemukim Israel memaksa satu komunitas Badui di dekat Ramallah untuk membongkar tempat tinggal mereka.
“Antara 13 hingga 19 Mei, OCHA mencatat sedikitnya 28 serangan oleh pemukim yang menyebabkan korban jiwa, kerusakan properti, atau keduanya,” tambah Haq.