Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan meningkatnya risiko kematian warga di Jalur Gaza akibat cuaca dingin, di tengah keterbatasan bantuan kemanusiaan dan rapuhnya kesepakatan gencatan senjata.
Peringatan itu disampaikan Wakil Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Ramesh Alakbarov, yang menilai bahwa gencatan senjata di Gaza berada dalam kondisi “sangat rapuh”.
Berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan yang digelar di Markas Besar PBB, New York, Selasa (16/12/2025), Alakbarov menegaskan bahwa akses kemanusiaan ke Gaza masih sangat terbatas dan menghadapi berbagai hambatan keamanan dari pihak Israel.
Kondisi tersebut, menurutnya, menghalangi masuknya bantuan secara rutin dan memadai.
Alakbarov juga mengecam pemboman Israel yang terus menyasar warga sipil serta menghancurkan infrastruktur vital di Gaza.
Ia menilai, serangan-serangan tersebut semakin memperparah penderitaan penduduk yang telah hidup dalam situasi kemanusiaan ekstrem.
Dalam kesempatan itu, pejabat PBB tersebut menyambut langkah Hamas yang membebaskan sejumlah tawanan Israel serta menyerahkan kembali jenazah.
Ia juga mengapresiasi upaya para mediator internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Ia juga menyerukan dukungan penuh terhadap gencatan senjata yang disertai langkah-langkah segera untuk memulai proses rekonstruksi.
Meski gencatan senjata telah disepakati, warga Gaza masih menghadapi bencana kemanusiaan berkepanjangan.
Kerusakan infrastruktur yang masif, kelangkaan bantuan, serta pembatasan akibat pengepungan membuat kondisi semakin memburuk.
PBB sebelumnya telah memperingatkan potensi runtuhnya ekonomi secara total, serta meningkatnya risiko kelaparan dan merebaknya penyakit.
Pelanggaran di Tepi Barat
Selain situasi di Gaza, Alakbarov juga menyoroti kondisi di Tepi Barat. Ia menyampaikan kecaman keras terhadap meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel, terutama selama musim panen zaitun.
Menurutnya, permukiman Israel di wilayah pendudukan adalah ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional.
Ia mendesak agar perluasan permukiman dihentikan segera, serta menekankan bahwa kekerasan yang dilakukan pemukim, dengan perlindungan militer Israel, telah menciptakan situasi yang sangat berbahaya bagi warga Palestina.
Alakbarov juga menegaskan bahwa operasi militer Israel di wilayah utara Tepi Barat telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa, pengungsian paksa, dan kehancuran luas.
Laporan-laporan internasional menunjukkan bahwa tingkat kekerasan saat ini merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam beberapa bulan terakhir, Tepi Barat mengalami eskalasi tajam serangan pemukim yang menargetkan warga dan harta benda Palestina, khususnya di wilayah Nablus, Ramallah, dan Bethlehem.
Laporan PBB dan otoritas Palestina mencatat ratusan serangan, termasuk pembakaran kebun zaitun dan penyerangan terhadap para petani.
Musim panen zaitun tahun ini pun disebut sebagai salah satu yang paling brutal dalam beberapa tahun terakhir.
Hal itu mencerminkan semakin memburuknya situasi keamanan dan kemanusiaan di wilayah pendudukan Palestina.


