Dua pejabat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) khawatir jumlah korban tewas aksi genosida Israel di Gaza lebih melebihi hitungan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang telah melewati 40.000.
Hal itu diungkapkan juru bicara PBB Farhan Haq, seperti dikutip kantor berita Anadolu pada Kamis, (15/8).
Menurut Haq kekhawatiran itu dirasakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk.
“Dengan banyaknya jumlah orang yang masih hilang, yang mungkin terjebak atau tewas di bawah reruntuhan, angka ini, jika ada, mungkin justru kurang dari kenyataan.”
Mengatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza kemungkinan telah melampaui angka 40.000 “mungkin beberapa minggu atau bulan yang lalu,” kata Haq.
Dia melanjutkan, dari sudut pandang sekretaris jenderal, ini adalah alasan lain mengapa kita perlu melakukan gencatan senjata.
Pada Kamis, Turk mengecam kekerasan Israel di Gaza dan menyebutkan hampir 130 korban meninggal setiap hari sejak 7 Oktober.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.400 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel dimulai, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional, yang memerintahkan penghentian segera operasi militernya di kota Rafah, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina berlindung dari perang sebelum kota itu diserang pada 6 Mei.
Baca juga: Jumlah korban tewas di Gaza lampaui 40.000, genosida Israel terus berlanjut
Baca juga: Lebih dari 10.000 tentara Israel dirawat sejak 7 Oktober
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha