Monday, March 10, 2025
HomeBeritaPemerintahan Trump: Pertemuan dengan Hamas sangat bermanfaat

Pemerintahan Trump: Pertemuan dengan Hamas sangat bermanfaat

Utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk urusan tahanan, Adam Boehler, mengatakan pada hari Minggu bahwa pertemuannya dengan Hamas di Doha sangat bermanfaat.

Ia menambahkan bahwa tidak diketahui apakah dia akan bernegosiasi lagi dengan kelompok tersebut.

“Namun, akan berada di kawasan ini dari waktu ke waktu dan mungkin akan bertemu dengan mereka,” katanya.

Dalam wawancara dengan CNN, Boehler menyatakan bahwa AS dapat membebaskan semua tahanan.

“Saya percaya kita dapat membebaskan semua sandera, bukan hanya warga Amerika,” imbuhnya.

Ia juga menegaskan bahwa mungkin akan ada perkembangan terkait Gaza dan para tahanan dalam beberapa minggu mendatang.

Ia juga mengatakan bahwa dia memahami kekhawatiran Israel terhadap negosiasi langsung yang dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump dengan Hamas.

“Kami bukan agen Israel. Kami memiliki kepentingan sendiri dan berkomunikasi dengan (Hamas) untuk kepentingan tersebut,” tambahnya.

Boehler menegaskan bahwa sangat sulit untuk mencapai semacam gencatan senjata sampai AS mengetahui apa yang diinginkan Hamas.

“Saya ingin bertanya kepada mereka, apa tujuan akhir mereka dan apa yang mereka anggap realistis pada tahap ini?” ujarnya.

Konfirmasi Hamas

Sementara itu, pejabat senior Hamas, Taher al-Nounou, mengatakan kepada Reuters bahwa pertemuan telah diadakan di Doha dalam beberapa hari terakhir antara para pemimpin Hamas dan utusan khusus AS, Adam Boehler.

Ia menyatakan bahwa pembicaraan berfokus pada pembebasan seorang warga negara ganda Amerika-Israel yang masih ditahan di Gaza.

“Beberapa pertemuan telah berlangsung di Doha yang berfokus pada pembebasan salah satu tahanan berkewarganegaraan ganda. Kami telah menangani masalah ini dengan sangat positif dan fleksibel demi kepentingan rakyat Palestina,” katanya.

Al-Nounou juga mengungkapkan bahwa kedua pihak membahas cara-cara untuk melaksanakan perjanjian sementara yang bertujuan mengakhiri perang antara Israel dan Hamas.

“Kami memberi tahu delegasi AS bahwa kami tidak keberatan membebaskan tahanan sebagai bagian dari negosiasi ini. Namun, Israel harus mematuhi perjanjian yang telah disepakati dan segera memasuki tahap kedua dari perjanjian tersebut, serta memenuhi semua kewajibannya, terutama karena AS adalah salah satu penjaminnya,” tambahnya.

Bocoran informasi

Gedung Putih mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa pihaknya telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas, menyusul bocoran informasi yang dipublikasikan oleh media Amerika dan Israel.

Juru bicara Gedung Putih, Caroline Leavitt, mengatakan dalam konferensi pers bahwa pemerintahan Trump telah melakukan negosiasi langsung dengan Hamas dan pembicaraan tersebut masih berlangsung.

“Ketika berbicara tentang negosiasi yang Anda sebutkan, pertama-tama, utusan khusus yang terlibat dalam perundingan tersebut memiliki wewenang,” katanya.

Leavitt juga menegaskan bahwa Israel telah dikonsultasikan mengenai pembicaraan ini.

Meskipun dia tidak mengungkapkan cakupan penuh negosiasi dengan Hamas, dia menekankan bahwa berbicara dengan berbagai pihak di seluruh dunia.

Hal itu demi kepentingan terbaik rakyat Amerika adalah bagian dari kebijakan Presiden Trump.

Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pihaknya mengetahui adanya pembicaraan langsung antara Washington dan Hamas.

“Israel sangat khawatir dengan negosiasi langsung antara pemerintahan Trump dan Hamas,” tulis Surat kabar Israel Hayom mengutip seorang sumber.

Seorang sumber Palestina yang mengetahui situasi ini mengungkapkan bahwa utusan AS untuk urusan tahanan, Adam Boehler, telah bertemu dengan pejabat Hamas di Doha beberapa minggu lalu.

Menurut sumber tersebut, pembicaraan dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan bagi warga Israel yang juga berkewarganegaraan Amerika.

Hamas dikatakan telah menyampaikan keinginannya untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif.

Tujuannya, guna mengakhiri perang, serta menekankan perlunya memulai tahap kedua dari perjanjian.

Perpanjangan perjanjian

Situs berita AS Axios melaporkan bahwa Hamas masih menahan 59 tahanan di Gaza.

Militer Israel mengklaim bahwa 35 di antaranya telah meninggal dunia. Sementara itu, intelijen Israel memperkirakan bahwa 22 tahanan masih hidup dan status dua orang lainnya tidak diketahui.

Dari para tahanan yang masih hidup, lima di antaranya adalah warga negara Amerika, termasuk seorang pria bernama Aidan Alexander (21 tahun), yang diyakini masih hidup.

Tahap pertama dari perjanjian gencatan senjata, yang berlangsung selama 42 hari.

Genjatan senjata akan berakhir secara resmi pada 1 Maret setelah kedua pihak gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular