Sunday, May 4, 2025
HomeBeritaPemimpin Hamas: Gaza memasuki fase kelaparan total akibat blokade Israel

Pemimpin Hamas: Gaza memasuki fase kelaparan total akibat blokade Israel

Pemimpin Hamas, Abdurrahman Syadid, menyatakan bahwa Jalur Gaza telah memasuki fase kelaparan total dan kondisi malnutrisi akut, dengan lebih dari satu juta anak menderita kelaparan harian.

Ia menuding Israel secara sistematis menggunakan kelaparan sebagai senjata perang untuk menundukkan rakyat Palestina.

Dalam pernyataan yang diperoleh Al Jazeera melalui rekaman video, Syadid menggambarkan Gaza sebagai “penjara besar” tempat kehidupan mati perlahan karena kelaparan dan penyakit.

Ia menyebut keadaan ini sebagai genosida lambat yang dilakukan dengan darah dingin dan disaksikan oleh dunia internasional tanpa ada tindakan berarti.

Malnutrisi parah

Syadid menegaskan bahwa tindakan Israel merupakan pelanggaran nyata terhadap Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional.

Ia mengkritik sikap pasif komunitas internasional yang hanya mengeluarkan pernyataan kecaman tanpa langkah konkret untuk menghentikan penderitaan di Gaza.

Mengutip laporan lapangan, Syadid menyebutkan lebih dari 65.000 kasus malnutrisi akut kini dirawat di fasilitas kesehatan yang hampir kolaps.

Ia mengatakan bahwa anak-anak di Gaza dibunuh oleh kelangkaan susu, bukan hanya oleh peluru.

Menurutnya, hingga kini ribuan truk bantuan yang memuat makanan, obat-obatan, dan kebutuhan darurat masih tertahan di perbatasan Rafah dan tidak diizinkan masuk oleh Israel, meskipun seruan internasional terus disuarakan.

Terkait jalur diplomasi, Syadid menyampaikan bahwa Hamas aktif melakukan kontak dengan berbagai pihak guna menekan dibukanya perlintasan dan diakhirinya blokade.

Ia menyebut bahwa pihaknya siap untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang terhormat.

Namun, katanya, dengan catatan harus ada penghentian agresi total dan penarikan pasukan Israel.

“Bola kini ada di tangan musuh,” katanya.

Hamas menginginkan kesepakatan komprehensif yang mencakup gencatan senjata menyeluruh sebagai prasyarat pertukaran tahanan.

Perlawanan yang tak padam

Di sisi lain, Syadid menyoroti perlawanan yang masih terus berlangsung di lapangan. Ia mengatakan bahwa Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, tetap melakukan perlawanan terhadap militer Israel di tengah gempuran, blokade, dan kekurangan pasokan.

“Perlawanan di Gaza telah mengubah medan perang menjadi arena pengurasan jangka panjang bagi pasukan Israel,” ujarnya.

Ia menilai bahwa Israel kini mengalami kebuntuan tanpa pencapaian militer yang berarti. Sementara barisan perlawanan tetap solid dengan semangat baja dan inisiatif masih berada di tangan mereka.

Syadid juga menyinggung situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang menurutnya masih menghadapi agresi harian dari Israel.

Termasuk penggerebekan kamp-kamp pengungsi, penghancuran rumah warga, dan pengusiran paksa ratusan keluarga.

Mengakhiri pernyataannya, Syadid mengecam negara-negara Arab yang dinilainya belum menggunakan pengaruhnya secara efektif untuk menghentikan penderitaan di Gaza.

Ia menyebut bahwa keberadaan bendera Israel di ibu kota negara-negara Arab merupakan hal yang memalukan, mengingat penderitaan yang terus dialami rakyat Palestina.

“Adalah aib ketika bendera musuh tetap berkibar di ibu kota Arab, sementara rakyat kami dibantai,” pungkasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular