Aljazeera Arabic pada Senin (2/12) melaporkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengadakan rapat kabinet bersama tim negosiasi kemarin malam, membahas pembicaraan pertukaran tawanan dengan Hamas.
Namun, menurut sumber yang terlibat, Hamas tetap teguh pada syarat utama mereka: penghentian perang di Gaza.
Menurut laporan Kan (Otoritas Penyiaran Israel), meskipun belum ada optimisme penuh dalam negosiasi ini, kemajuan signifikan telah dicapai.
Sumber tersebut menyebutkan tanpa kesepakatan untuk menghentikan perang, tidak akan ada terobosan dalam isu pertukaran tawanan.
Di sisi lain, beberapa menteri Israel dilaporkan menentang aspek-aspek politis dalam negosiasi tersebut.
Media Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan, pejabat militer Israel telah memberi tahu para pemimpin politik bahwa kondisi saat ini mendukung tercapainya kesepakatan.
Protes Keluarga Tawanan
Faktor-faktor seperti berakhirnya konflik di Lebanon, fokus militer yang kini terpusat di Gaza, dinamika di Suriah, tekanan internal di Gaza dan Israel, serta perubahan pemerintahan di Amerika Serikat dinilai menciptakan peluang strategis.
Estimasi militer menunjukkan, jumlah tawanan Israel yang masih hidup kini kurang dari separuh dari total yang ditahan.
Komandan militer yang menangani kasus tawanan juga memperingatkan bahwa kondisi kesehatan mereka memburuk, bahkan beberapa di antaranya berada di ambang kematian akibat kelaparan.
Di tengah meningkatnya tekanan publik, keluarga para tawanan menggelar aksi protes di dekat kediaman Netanyahu di Yerusalem. Mereka menuduh Netanyahu mengabaikan negosiasi ini demi kepentingan pribadi.
Sementara itu, Channel 12 melaporkan bahwa otoritas keamanan Israel memperingatkan pemerintah bahwa pembubaran Hamas justru dapat menggagalkan upaya untuk membebaskan para tawanan.