Friday, February 21, 2025
HomeBeritaPesan pedas Hamas kepada Netanyahu dalam penyerahan jenazah empat sandera

Pesan pedas Hamas kepada Netanyahu dalam penyerahan jenazah empat sandera

Proses penyerahan jenazah tawanan Israel pada Kamis ini dipenuhi dengan pesan-pesan kuat dari kelompok perlawanan Palestina kepada Israel. Pesan-pesan tersebut menekankan kerugian besar yang dialami Israel selama perang di Gaza, lansir Al Jazeera.

Brigadir al-Qassam, sayap militer Hamas, menyerahkan batch pertama jenazah tawanan yang akan dikirim dalam tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata.

Hamas menyerahkan jenazah 4 tawanan Israel, termasuk seorang ibu dan dua anaknya dari keluarga Bibas, yang semuanya tewas akibat tembakan pasukan Israel ketika mereka mencoba diselamatkan dengan paksa.

Jenazah-jenazah tersebut ditempatkan dalam peti mati hitam dengan gambar dan data identitas masing-masing di atas sebuah panggung yang menampilkan gambar Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, digambarkan sebagai peminum darah.

Di atas gambar tersebut tertulis, “Netanyahu dan tentaranya membunuh mereka dengan roket-roket Nazi.”

Kerugian Israel dan Syuhada Gaza

Di atas puing-puing rumah di daerah Bani Suheila, Khan Younis, selatan Gaza, perlawanan mengibarkan spanduk yang mengingatkan tentang penyergapan yang dialami pasukan Israel di berbagai lokasi selama perang.

Salah satu spanduk menampilkan gambar penyergapan di Al-Faraheen di timur Kota Gaza, dengan perlawanan menyebutnya sebagai “bukan jalan-jalan santai, tapi pembantaian” dan menunjukkan bahwa penyergapan ini menewaskan 8 tentara Israel.

Beberapa pejuang Brigadir al-Qassam membawa senjata yang digunakan dalam operasi-operasi tersebut, yang sebelumnya sering ditampilkan dalam video yang disiarkan oleh perlawanan.

Seorang pejuang juga membacakan pernyataan mengenai operasi yang dilakukan di timur Kota Gaza, serta rincian tentang cara operasi tersebut dilakukan dan kerugian yang dialami pasukan Israel.

hamas 2

Di tengah lapangan penyerahan, Hamas memasang spanduk dengan gambar peti mati dan statistik kerugian yang dialami Israel, serta gambar-gambar yang menunjukkan bagaimana pejuang perlawanan melawan kendaraan Israel.

Sebuah spanduk bertuliskan “Kembali Berperang = Kembali Tawanan dalam Peti Mati” juga diangkat, mengingatkan Netanyahu bahwa jika ia kembali melanjutkan perang, nasib serupa menanti tawanan Israel.

Kehadiran Komandan Batalyon Timur

Jurnalis Al Jazeera, Ashraf Abu Amra, melaporkan bahwa salah satu komandan perlawanan menyebutkan bahwa Brigadir al-Qassam telah melancarkan operasi-operasi kompleks melawan pasukan Israel di timur Kota Gaza.

Menurut komandan tersebut, sejumlah rumah yang menjadi benteng pasukan Israel dihancurkan, dan terdapat 26 operasi serangan serta 21 operasi penembakan yang sangat rumit. Selain itu, 20 tank Israel juga dihancurkan dengan roket Yasin.

Komandan wilayah timur Brigadir al-Qassam menyerahkan jenazah-jenazah itu kepada Palang Merah, dan juga hadir komandan batalyon utara yang sebelumnya menjadi sasaran pembunuhan oleh Israel.

Perlawanan juga memasang spanduk dengan tulisan “Nazi Zionis dalam Angka”, yang mencantumkan jumlah syuhada sipil yang terbunuh oleh Israel, serta luka-luka dan pembantaian yang dilakukan di berbagai daerah.

Angka-angka tersebut mencakup jumlah syuhada dari wanita dan anak-anak, keluarga-keluarga yang menjadi korban, serta keluarga yang lenyap dari catatan sipil. Laporan menyebutkan bahwa 61.000 orang syahid selama perang, dengan 13.000 orang masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Reaksi yang Mungkin Terjadi di Israel

Jurnalis Al Jazeera di Palestina memperkirakan bahwa kedatangan jenazah-jenazah tersebut akan menimbulkan kegelisahan di kalangan masyarakat Israel. Ia menyebutkan bahwa sebuah komite akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab kematian jenazah-jenazah tersebut.

Militer Israel akan menerima jenazah-jenazah itu di titik yang masih mereka kendalikan di Gaza, dan mereka akan diberikan upacara pemakaman Yahudi sebelum dibawa ke lembaga forensik di selatan Tel Aviv untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Di lembaga forensik, proses pemeriksaan penyebab kematian akan berlangsung, yang menurut laporan bisa memakan waktu hingga 7 jam karena mencakup pemeriksaan DNA, pencitraan CT scan, dan pemeriksaan gigi.

Pihak berwenang Israel memiliki file medis dari setiap tawanan dalam Operasi Badai Al-Aqsa, yang akan mempercepat proses diagnosis penyebab kematian mereka, yang akan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kematian tersebut. Hal ini diperkirakan akan memperburuk kegagalan militer Israel.

Terdapat gambar yang menunjukkan bahwa keluarga Bibas – yang jenazahnya diserahkan – masih hidup pada awal perang.

Hamas menerbitkan sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa mereka telah berusaha menyelamatkan kehidupan para tawanan dengan segala cara, namun menuduh Israel berlaku kejam terhadap keluarga-keluarga Israel tersebut.

Hamas juga mengirimkan pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshitz, mengatakan bahwa mereka berharap bisa mengembalikan mereka hidup-hidup, namun Israel memilih untuk membunuh mereka bersama dengan 17.000 anak-anak Palestina.

Hamas menegaskan bahwa mereka menjaga kehormatan jenazah-jenazah tersebut, sementara Israel tidak menghormati mereka saat hidup dan malah membunuh mereka serta para tawanan mereka. Hamas juga menyatakan bahwa Netanyahu hanya menangisi kematian mereka untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular