Ekrem İmamoğlu, Wali Kota Istanbul dan tokoh oposisi utama terhadap Presiden Recep Tayyip Erdoğan, ditangkap oleh otoritas Turki pada 19 Maret 2025.
Penangkapan ini terkait tuduhan korupsi, pencucian uang, dan memberikan bantuan kepada Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Turki.
Sekitar 100 orang lainnya, termasuk jurnalis dan tokoh bisnis, juga turut ditahan dalam operasi yang sama.
Penangkapan İmamoğlu memicu gelombang protes di berbagai kota di Turki, terutama di Istanbul, Ankara, dan Izmir.
Para pendukungnya menilai tindakan ini sebagai bagian dari upaya politik untuk melemahkan oposisi menjelang pemilihan presiden 2028.
Jutaan lira disita
Sementara itu, jutaan lira Turki disita dari dua tokoh utama yang ditahan dalam penyelidikan korupsi dan terorisme yang melibatkan Pemerintah Kota Istanbul, menurut pernyataan dari jaksa di kota tersebut.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Kantor Jaksa Penuntut Umum Istanbul terhadap Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, dan 99 tersangka lainnya terus berlanjut, lansir Anadolu.
Mereka menghadapi sejumlah dakwaan, seperti memimpin organisasi kriminal, menjadi anggota organisasi kriminal, pemerasan, suap, penipuan berat, pencurian data pribadi secara ilegal, hingga berkonspirasi untuk mengatur lelang.
Selain itu, tujuh tersangka, termasuk Imamoglu, Sekretaris Jenderal Deputi Pemerintah Kota Istanbul Mahir Polat, dan Wali Kota Sisli Resul Emrah Sahan, juga didakwa membantu kelompok teroris PKK.
PKK, yang sudah beroperasi selama 40 tahun dan diakui sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa, bertanggung jawab atas lebih dari 40.000 kematian, termasuk perempuan, anak-anak, bayi, dan lansia.
Dalam rangkaian penggeledahan, polisi menemukan jutaan lira di rumah dua tersangka yang ditahan, Ali Nuhoglu dan Emrah Bagdatli.
Bagdatli diketahui memiliki kedekatan dengan Murat Ongun, seorang asisten Wali Kota Imamoglu dan ketua Medya Inc., sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Istanbul.
Rekaman video penggeledahan memperlihatkan polisi sedang menyita uang dari alamat kedua tersangka tersebut.
Bagdatli diketahui telah meninggalkan negara dua minggu sebelum penggeledahan dilakukan.
Nuhoglu ditangkap dengan membawa uang sebanyak 40 juta lira (lebih dari $1 juta) di rumahnya, sementara Bagdatli sudah pergi ke luar negeri dua minggu sebelumnya.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa antara 2022 hingga 2024, Bagdatli berhasil mengamankan lebih dari 60 kontrak melalui Medya Inc., dengan menggunakan perusahaan yang terdaftar atas namanya.
Tak hanya itu, Bagdatli juga menerima berbagai kontrak dari dua perusahaan milik Pemerintah Kota Istanbul, yakni KIPTAS dan Kultur Inc.
Ia bahkan mendirikan perusahaan iklan atas nama 35 orang yang bekerja dengannya, yang semuanya menerima kontrak dari pemerintah.
Banyak dari perusahaan-perusahaan ini berada di alamat yang sama dan ikut serta dalam lelang yang serupa.