Abdul Rahman al-Qaradhawi, penyair asal Mesir dan putra ulama terkemuka Yusuf Qaradhawi, diekstradisi ke UEA dari Lebanon pada Rabu setelah unggahan di media sosialnya, lansir Middle East Eye.
Kekhawatiran soal ekstradisinya meningkat setelah pesawat milik RoyalJet, perusahaan Emirat, tiba di Lebanon lebih awal dari jadwal.
Sebelumnya, Qaradawi, yang juga warga negara Turki, dijadwalkan terbang pukul 16.30, namun pesawat itu sudah terbang dua jam lebih awal dan tiba di UEA sebelum pukul 21.00.
Qaradawi ditangkap di Lebanon pada 28 Desember setelah kembali dari Suriah.
Video yang diunggahnya di Twitter mengkritik negara-negara Arab termasuk Mesir, Arab Saudi, dan UEA. UEA dan Mesir kemudian mengajukan permintaan ekstradisi.
Pengacara Qaradawi, Haydee Dijkstal, menyebut ekstradisi ini berisiko melanggar hak kebebasan berekspresi, karena video yang diunggahnya seharusnya dilindungi oleh hukum internasional.
Dijkstal juga mengkhawatirkan proses ekstradisi yang cepat dan tidak transparan. Ia mengatakan ada kekhawatiran bahwa Qaradawi bisa mendapat perlakuan buruk atau bahkan hilang paksa jika sampai dipindahkan ke UEA.
Thiry, penasihat hukum lainnya, menambahkan bahwa keputusan ekstradisi ini mungkin melibatkan Dewan Menteri Dalam Negeri Arab (AIMC), yang kerap dikritik karena mengekstradisi orang atas dasar kegiatan politik tanpa perlindungan yang memadai.
Sebelum dipindahkan, Qaradawi sempat memberi tahu keluarganya bahwa ia sudah mulai mogok makan sebagai protes terhadap keputusan tersebut.