Di Masafer Yatta, selatan Hebron, pemukim Israel meracuni lahan penggembalaan yang menjadi sumber utama bagi petani Palestina, menyebabkan kematian 26 ekor domba pada hari Jumat.
Fared Burqan, Ketua Dewan Desa Bireen di Masafer Yatta (kawasan yang terdiri dari 12 desa Palestina), mengatakan bahwa 26 ekor domba milik warga Palestina, Naeem Ibrahim Burqan, mati tak lama setelah kembali dari padang rumput.
Menurutnya, pemukim Israel menyebarkan racun di lahan penggembalaan tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Burqan juga mengungkapkan bahwa para pemukim sebelumnya telah menyerbu lahan-lahan ini dan menanam bibit pohon di sana, sebagai upaya untuk merebut tanah tersebut.
Ia menyoroti peningkatan serangan pemukim Israel di selatan Hebron, yang mencakup meracuni sumur air dan lahan penggembalaan di Masafer Yatta serta daerah sekitarnya.
Tujuannya adalah memaksa warga Palestina meninggalkan tanah mereka secara paksa dan merebutnya untuk memperluas permukiman ilegal Israel.
Menurut laporan tahunan Otoritas Perlawanan terhadap Tembok dan Permukiman, pemukim Israel melakukan 2.971 pelanggaran di Tepi Barat selama tahun 2024.
Data yang dirilis oleh organisasi sayap kiri Israel, Peace Now, menunjukkan adanya peningkatan besar dalam pembangunan permukiman ilegal sejak pemerintahan Benjamin Netanyahu terbentuk pada Desember 2022.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki sebagai aktivitas illegal.
Selama beberapa dekade PBB terus mendesak agar praktik ini dihentikan. Namun, permukiman ilegal ini tetap berkembang, merusak peluang solusi dua negara.
Sejak dimulainya genosida di Gaza, tentara Israel dan pemukim ilegal semakin meningkatkan serangan mereka di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur.
Serangan ini telah menyebabkan setidaknya 912 warga Palestina gugur, sekitar 7.000 orang terluka, dan 14.500 lainnya ditangkap, menurut data resmi Palestina.
Dengan dukungan Amerika Serikat (AS), Israel telah melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, yang telah mengakibatkan sekitar 160 ribu warga Palestina terbunuh dan terluka, mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu, lebih dari 14 ribu orang dinyatakan hilang.