Anggota Kongres dari Michigan, Rashida Tlaib, menolak untuk memberikan dukungan kepada Kamala Harris pada sebuah rally serikat pekerja di Detroit terkait perang di Gaza yang menjadi perhatian utama bagi blok pemilih Arab Amerika terbesar di negara ini.
Tlaib, wanita Palestina Amerika pertama yang menjabat di Kongres, adalah satu-satunya anggota “Squad” yang belum mendukung kandidat Demokrat tersebut, lansir The Guardian pada Sabtu (3/11).
Tiga anggota lainnya – Ayanna Pressley dari Massachusetts, Ilhan Omar dari Minnesota, dan Alexandria Ocasio-Cortez dari New York – telah memberikan dukungan kepada Harris pada bulan Juli lalu.
“Jangan anggap remeh kekuatan yang kalian miliki,” kata Tlaib kepada para pendukung di rally United Auto Workers.
“Lebih dari sekadar iklan, spanduk, dan papan reklame, kalian semua memiliki kekuatan lebih untuk menggerakkan orang-orang yang memahami bahwa kita harus melawan keserakahan korporat di negara kita.”
Penolakan Tlaib untuk mendukung Harris terjadi setelah survei pemilih yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa 43% pemilih Muslim Amerika mendukung kandidat Partai Hijau, Jill Stein.
Setelah kekalahan Hillary Clinton dari Donald Trump pada tahun 2016, para pendukung Demokrat menyalahkan pemilih Stein atas hilangnya Michigan dan Wisconsin untuk kandidat Republik tersebut. Beberapa Demokrat khawatir skenario serupa dapat terulang pada minggu depan.
Awal tahun ini, selama kampanye presiden, sekitar 100.000 pemilih Michigan mencentang kotak “belum berkomitmen” sebagai bentuk protes terhadap dukungan pemerintahan Biden terhadap invasi Israel ke Gaza.
Serangan Israel ke Gaza sejak itu telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Di Lebanon, di mana Israel kini telah menyerang untuk melawan Hezbollah yang didukung Iran, lebih dari 2.897 orang telah tewas dan 13.150 terluka, menurut laporan kementerian kesehatan negara tersebut. Seperempat dari jumlah korban adalah wanita dan anak-anak.
AS telah menjadi sekutu setia Israel selama pertempuran, terus mengirimkan senjata ke negara tersebut dan membatasi kritik publik terhadap tindakan Israel.
Tlaib mengkritik posisi partai Demokrat akibat perang yang semakin memburuk dan berdarah ini.
Ia mengatakan terabaikan setelah partai tersebut tidak mengikutsertakan pembicara Palestina Amerika di konvensinya di Chicago pada bulan Agustus lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan Zeteo, organisasi berita yang didirikan oleh mantan pembawa acara MSNBC (dan kontributor Guardian) Mehdi Hasan, Tlaib menyatakan bahwa pengabaian tersebut “menegaskan bahwa mereka lebih menghargai anak-anak Israel dibandingkan anak-anak Palestina.”
“Trauma dan rasa sakit kami terasa tidak terlihat dan diabaikan oleh kedua partai,” tambahnya.
“Satu partai menggunakan identitas kami sebagai celaan, sementara yang lain menolak mendengarkan kami. Di mana kemanusiaan bersama? Mengabaikan kami tidak akan menghentikan genosida.”
Harris terus menghadapi protes saat kampanyen, sementara para demonstran menyerukan agar dia memisahkan diri dari Presiden Joe Biden dan mendukung embargo senjata terhadap Israel.
Harris menyatakan bahwa Israel “memiliki hak untuk membela diri” dan bahwa rakyat Palestina membutuhkan “martabat, keamanan”.
Ketika dihadapkan oleh seorang pengunjuk rasa di Wisconsin dua minggu lalu yang menuduh negara Yahudi tersebut melakukan genosida, Harris menjawab: “Saya tahu apa yang Anda maksud. Saya ingin gencatan senjata. Saya ingin kesepakatan sandera. Saya ingin perang ini berakhir.”
Dalam sebuah rally di Dearborn sebelumnya pada Jum’at, Tlaib mengkritik kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang didukung oleh walikota Muslim dari Dearborn Heights dan Hamtramck.
“Trump adalah seorang Islamofob yang bangga + pembohong serial yang tidak mendukung perdamaian,” tulis Tlaib di X.
“Realitanya adalah bahwa dukungan tanpa syarat pemerintahan Biden terhadap genosida adalah apa yang membawa kita ke sini. Ini seharusnya menjadi panggilan untuk bangun bagi mereka yang terus mendukung genosida. Pemilihan ini seharusnya tidak harus ketat.”
Situasi semakin memburuk ketika sebuah pusat vaksinasi polio di Gaza City terkena serangan granat kejut dari pasukan Israel, yabg melukai setidaknya empat anak. Dalam serangan ini, 13 warga Palestina juga dilaporkan tewas dalam serangan udara yang menyasar dua area padat penduduk di utara.