Ribuan warga Israel menggelar aksi unjuk rasa di pusat Kota Tel Aviv pada Senin malam, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengamankan pembebasan para sandera yang ditahan di Gaza, sekaligus memprotes keputusannya yang memecat Kepala Shin Bet, Ronen Bar.
Pemandangan demonstrasi ini menggambarkan meningkatnya ketegangan dan frustrasi terhadap kepemimpinan Netanyahu, sebagaimana dilaporkan surat kabar Yedioth Ahronoth.
Aksi tersebut berlangsung menjelang sidang Mahkamah Agung yang dijadwalkan pada hari Selasa untuk meninjau gugatan oposisi terkait pemecatan Bar. Ketegangan semakin memuncak ketika seorang aktivis sayap kanan terlibat cekcok dengan para demonstran, meneriakkan slogan-slogan anti-Bar sebelum akhirnya polisi turun tangan.
Ilana Gritsevsky, seorang sandera Israel yang baru dibebaskan, berbicara di depan kerumunan.
Suaminya, Matan Tsengaoker, masih ditahan di Gaza. “Israel harus mengajukan inisiatif untuk membebaskan semua sandera sekaligus,” ujarnya.
“Saya di sini untuk berteriak kepada pemerintah: Bebaskan mereka semua sekarang.” Ia menuduh pemerintah Netanyahu telah meninggalkan 59 sandera selama 549 hari, yang kehidupannya kini terancam akibat serangan udara Israel.
Aksi ini digelar setelah terjadinya kegagalan dalam kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera yang difasilitasi oleh Mesir, Qatar, dan AS.
Fase pertama yang berlaku sejak 19 Januari berakhir pada 1 Maret, dengan Hamas mematuhi ketentuan tersebut. Namun, Netanyahu membatalkan fase kedua dan melanjutkan operasi militer Israel di Gaza pada 18 Maret, demi menjaga keberlangsungan koalisi dengan partai sayap kanan. Ia tampak sangat berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya.
Jenderal Purnawirawan Noam Tibon, mantan Komandan Korps Utara, memperingatkan bahwa penunjukan kepala Shin Bet yang hanya loyal kepada Netanyahu merupakan “bahaya besar bagi keamanan Israel.” Ia menuduh pemerintah yang terbentuk pasca-penyerangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober, secara sistematis melemahkan badan-badan keamanan negara. “Mereka telah membiarkan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, merusak kepolisian. Mereka sedang membongkar angkatan bersenjata dengan undang-undang yang memalukan mengenai pengecualian wajib militer bagi orang Yahudi ultra-Ortodoks, dan sekarang mereka menyerang Shin Bet,” kata Tibon, merujuk pada kontroversi pengecualian bagi kelompok tersebut. “Netanyahu tidak layak untuk membuat keputusan soal keamanan.”
Israel memperkirakan 59 sandera masih berada di Gaza, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.500 warga Palestina dipenjara di Israel, menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut laporan-laporan hak asasi manusia dari Palestina dan Israel.
Lebih dari 50.700 warga Palestina telah tewas di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November lalu, dengan tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional terkait perang terhadap Palestina di kawasan tersebut.