Pasukan Israel sejak Rabu (5/11) dini hari kembali melancarkan serangan udara dan operasi penghancuran di wilayah selatan dan tengah Jalur Gaza.
Sementara pencarian jenazah tawanan Israel masih berlangsung di tengah terus berlanjutnya hambatan terhadap penyaluran bantuan kemanusiaan.
Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa militer Israel melakukan ledakan besar di sebelah timur Kota Rafah, selatan Gaza, disertai serangkaian serangan udara yang menargetkan kawasan tersebut.
Di timur Kota Khan Younis dan Gaza, dilaporkan pula adanya serangan udara intensif, tembakan artileri berat, dan penghancuran bangunan secara sistematis.
Kawasan permukiman padat seperti Syujaiyah dan Tuffah di timur Kota Gaza juga menjadi sasaran gempuran.
Situs berita Israel Walla menyebut, militer Israel menghancurkan sejumlah bangunan di timur Khan Younis dan melancarkan serangan di sebelah timur Kamp Bureij pada malam sebelumnya.
Dalam perkembangan lain, tim dari Palang Merah Internasional bersama Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dikabarkan menuju kawasan Syujaiyah di timur Gaza untuk mencari jenazah para tawanan Israel.
Langkah itu dilakukan setelah pihak Israel menerima kembali jasad salah satu tawanannya pada Selasa (4/11).
Hambatan bantuan kemanusiaan
Sementara di sisi kemanusiaan, harian Haaretz melaporkan bahwa Israel memberlakukan serangkaian aturan baru.
Aturan tersebut memaksa puluhan lembaga kemanusiaan menghentikan kegiatan mereka di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Menurut laporan itu, organisasi-organisasi yang sebelumnya telah memperoleh izin resmi kini menghadapi pembatasan ketat.
Sehingga ribuan ton bahan makanan dan perlengkapan bantuan tertahan di luar Gaza.
Aturan baru tersebut mewajibkan lembaga kemanusiaan memberikan rincian identitas lengkap seluruh staf dan keluarganya untuk memperoleh izin masuk, sekaligus memperketat jalur distribusi barang melalui perbatasan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Israel juga memperumit upaya lembaga bantuan untuk menyalurkan bahan pangan dan perlengkapan melalui rute alternatif.
Banyak lembaga yang tidak memperoleh izin akhirnya meminta bantuan lembaga-lembaga PBB untuk mengirimkan barang mereka, namun langkah itu pun diblokir oleh otoritas Israel.
Sejak diberlakukannya kesepakatan gencatan senjata pada 10 Oktober lalu—bagian dari rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump—Israel terus melakukan pelanggaran.
Baik melalui serangan militer maupun dengan menahan masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang telah disepakati.
Data resmi menunjukkan, rata-rata hanya 89 truk bantuan yang berhasil masuk setiap hari, jauh di bawah jumlah 600 truk per hari yang dijanjikan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Palestina di Gaza.


