Tuesday, November 19, 2024
HomeHeadlineSmotrich serukan Israel lakukan penjajahan penuh di Gaza Utara

Smotrich serukan Israel lakukan penjajahan penuh di Gaza Utara

Smotrich, yang dikenal sebagai tokoh ekstremis di pemerintah Israel, menolak gagasan untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas, yang menurutnya hanya akan berarti kekalahan dan penyerahan

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, Menteri yang juga pemimpin Partai Zionisme Agama, pada Senin (18/11) menyerukan agar Israel melakukan penjajahan penuh di wilayah Gaza Utara untuk memaksa Hamas melepaskan sandera-sandera Israel. Demikian dilaporkan Anadolu Agency

Smotrich menyatakan, untuk membawa para sandera pulang, Israel harus menguasai sepenuhnya Gaza Utara dan memberi pesan kepada Hamas bahwa jika mereka tidak menyerahkan sandera, Israel akan tetap berada di sana selamanya.

Sejak 5 Oktober, Israel telah meluncurkan operasi darat besar-besaran di Gaza Utara dengan dalih mencegah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, untuk melakukan konsolidasi kekuatan.

Namun, banyak pihak yang menuduh Israel berusaha untuk menguasai wilayah tersebut dan memaksa pengusiran penduduknya.

Sejak operasi militer dimulai, bantuan kemanusiaan—termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar—terhalang masuk, mengancam kelangsungan hidup sebagian besar penduduk yang terperangkap dalam kawasan tersebut.

Menurut otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 2.000 orang telah tewas dalam serangan-serangan itu.

Smotrich, yang dikenal sebagai tokoh ekstremis di pemerintah Israel, menolak gagasan untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas, yang menurutnya hanya akan berarti kekalahan dan penyerahan.

Ia berpendapat, perang ini harus diteruskan hingga Hamas dihancurkan dan Israel mendapatkan jaminan keamanan penuh.

“Kami tidak akan berhenti hingga musuh-musuh kami hancur dan keamanan dipulihkan sepenuhnya di Negara Israel,” ujarnya dalam sebuah pertemuan Partai Zionisme Agama.

Sementara itu, meskipun pasukan Israel masih menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuannya di Gaza, Smotrich menegaskan bahwa setelah perang ini berakhir, Israel akan memiliki kebebasan penuh untuk bertindak di Gaza.

Ia juga mengusulkan agar bantuan kemanusiaan ke Gaza dikelola oleh militer Israel, dengan alasan bahwa bantuan yang masuk justru memperpanjang kekuasaan Hamas.

Pernyataan Smotrich ini bertepatan dengan tawaran Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menawarkan hadiah sekitar 1,3 juta dolar AS untuk informasi yang dapat membantu pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Sejak awal konflik, Netanyahu telah menegaskan tiga tujuan utama kampanye militer Israel: membebaskan sandera, meruntuhkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi keamanan Israel.

Namun, hingga lebih dari satu tahun berjalan, ketiga tujuan tersebut belum tercapai.

Pada hari yang sama, keluarga sandera Israel menggelar aksi protes di depan kediaman Netanyahu di Yerusalem Barat, mendesak adanya kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan Palestina di Gaza.

Israel memperkirakan sekitar 101 sandera masih ditahan oleh Hamas, meskipun beberapa di antaranya diperkirakan telah tewas akibat serangan udara Israel yang tidak pandang bulu di Gaza.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar hingga kini belum berhasil menghasilkan kesepakatan gencatan senjata atau pertukaran tahanan, meski Washington optimis bahwa gugurnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada 18 Oktober lalu bisa membuka jalan bagi terobosan dalam pembicaraan.

Namun, Hamas menegaskan bahwa konflik ini hanya akan berakhir jika Israel menghentikan operasi militernya di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 43.900 jiwa sejak Oktober 2023.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular