Konflik antara Israel dan Iran semakin memanas setelah militer Israel melancarkan serangan udara terhadap kantor pusat penyiaran nasional Iran, Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB), pada Senin (16/6/2025).
Serangan itu terjadi saat siaran langsung tengah berlangsung, menyebabkan ledakan dan asap mengepul di layar televisi.
Jurnalis senior IRIB, Sahar Emami, yang saat itu tengah membacakan berita, menyebut serangan tersebut sebagai “agresi terhadap tanah air” dan “serangan terhadap kebenaran.”
Tayangan memperlihatkan Emami berlari keluar dari studio saat ledakan terjadi, diiringi suara seseorang berteriak “Allahu Akbar”.
Serangan terhadap IRIB ini terjadi tidak lama setelah militer Israel mengeluarkan ancaman terhadap Distrik Tiga di Teheran, tempat kantor pusat IRIB berada.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa “corong propaganda dan hasutan Iran sedang menuju kehancuran.”
Kecaman dan tuduhan pelanggaran hukum internasional
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengecam serangan tersebut sebagai “tindakan jahat” yang merupakan kejahatan perang. Ia menuduh Israel sebagai “pembunuh jurnalis nomor satu di dunia”.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat sebanyak 178 jurnalis tewas di Gaza sejak Oktober 2023, menjadikan konflik ini sebagai yang paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah.
“Dewan Keamanan PBB harus segera bertindak untuk menghentikan agresor genosida ini sebelum melakukan kekejaman lebih lanjut,” tulis Baghaei dalam pernyataan di platform X.
CPJ menyatakan rasa terkejut atas serangan Israel terhadap televisi nasional Iran. Menurut mereka, impunitas atas pembunuhan jurnalis Palestina telah mendorong Israel untuk memperluas serangan terhadap media di tempat lain.
Bangunan bersejarah
Kepala IRIB, Peyman Jebelli, mengatakan bahwa kantor pusat mereka menjadi sasaran karena media Iran dinilai mampu “menyasar dengan tepat strategi komunikasi musuh”. Ia menyebut seluruh staf IRIB “teguh menjalankan peran mereka dalam perang hibrida yang dilancarkan Israel.”
Jurnalis Iran, Younes Shadlou, melaporkan bahwa banyak rekan kerjanya masih berada di dalam gedung saat serangan terjadi. “Kami sudah diberi peringatan evakuasi, tapi semua bertahan hingga detik terakhir untuk menunjukkan wajah asli rezim Zionis kepada dunia,” ujarnya dari luar bangunan yang terbakar.
Menurut koresponden Al Jazeera, Dorsa Jabbari, serangan ini sangat simbolis karena menyasar lembaga yang memiliki keterkaitan langsung dengan pemerintah Iran. Kepala IRIB ditunjuk langsung oleh Pemimpin Tertinggi Iran, sehingga posisi lembaga ini sangat strategis dalam struktur negara.
“Ini akan menjadi pukulan besar bagi masyarakat Iran,” ujar Jabbari. Kompleks IRIB sendiri merupakan bangunan besar dan berbenteng, dengan sejarah panjang sejak 1940-an. IRIB merupakan saluran televisi paling banyak ditonton di Iran, dan Sahar Emami dikenal sebagai pembaca berita ternama.
Jurnalis Al Jazeera lainnya, Tohid Asadi, melaporkan dari Teheran bahwa bangunan yang diserang adalah gedung kaca utama IRIB. Meski sempat terganggu, siaran langsung kembali berlangsung tak lama setelah ledakan. Kembalinya Emami ke layar kaca dinilai akan meningkatkan popularitasnya.
Hingga kini, jumlah korban belum dapat dipastikan. Namun, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Teheran, Foad Izadi, memperkirakan korban cukup banyak. “Gedungnya besar. Saluran berita utama IRIB berada di lantai satu. Setiap lantai bisa menampung 200 hingga 300 orang,” ujarnya.
Ia memperkirakan serangan ini akan memicu kecaman luas dari komunitas internasional dan media global.
Israel akui serangan, Iran siapkan balasan
Militer Israel telah mengonfirmasi bahwa pihaknya mengebom kantor IRIB. Mereka menuduh fasilitas tersebut digunakan untuk mendukung operasi militer di bawah kedok sipil, meskipun tidak memberikan bukti konkret.
Sebagai respons, televisi nasional Iran mengumumkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan perintah evakuasi terhadap saluran berita Israel N12 dan N14. “Ini adalah balasan atas agresi musuh Zionis terhadap lembaga penyiaran Republik Islam Iran,” demikian pernyataan IRIB.
Israel memiliki rekam jejak panjang dalam menyerang organisasi media. Pada Oktober lalu, mereka menghantam studio TV al-Manar yang berafiliasi dengan Hizbullah di Beirut selatan. Pada Mei 2021, mereka menghancurkan gedung 11 lantai al-Jalaa di Kota Gaza, yang menampung kantor Al Jazeera dan Associated Press.
Pada Mei 2022, jurnalis senior Al Jazeera berdarah Palestina-Amerika, Shireen Abu Akleh, tewas ditembak pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat. Ia dikenal luas di dunia Arab karena laporan-laporannya yang berani dalam konflik Israel-Palestina.