Sunday, September 14, 2025
HomeBeritaSuara kecil dari Gaza yang menggetarkan dunia, kisah seorang anak bernama Hind...

Suara kecil dari Gaza yang menggetarkan dunia, kisah seorang anak bernama Hind Rajab

Usianya baru enam tahun. Namun, hingga kini, namanya masih menebar gentar dan kegelisahan di kalangan militer Israel.

Bukan karena senjata atau serangan, melainkan lantaran suaranya yang tak mampu dibungkam, berbeda dengan suara lebih dari 18 ribu anak yang telah gugur di Gaza.

Suara Hind terus mengguncang nurani, mengoyak jiwa, dan membuat air mata mengalir deras. Pada Festival Film Venesia—festival tertua di dunia—kisahnya menggetarkan para penonton.

Selama 24 menit, ruang utama festival itu dipenuhi tepuk tangan tanpa henti. Bintang-bintang Hollywood seperti Joaquin Phoenix dan Rooney Mara berdiri, tak kuasa menahan air mata setelah menyaksikan film dokumenter The Voice of Hind Rajab.

Wajah Hind penuh cahaya, polos, dengan rona kecokelatan akibat matahari Gaza yang seakan menempanya menjadi cahaya bintang.

Namun, anak itu ditembak mati bersama keluarganya serta sejumlah tenaga medis oleh tentara Israel.

Padahal, ia sempat menjadi satu-satunya yang selamat saat berusaha mengungsi dari gempuran tank pada Januari 2024.

Hind bersama enam kerabatnya mencoba melarikan diri dengan mobil, tetapi terjebak dalam kepungan tank di kawasan Tal al-Hawa, Kota Gaza.

Jeritan terakhir

Dari dalam mobil, Hind sempat menelepon ibunya, meminta pertolongan, agar datang menjemputnya dari hujan peluru yang ditembakkan tank Israel.

Tak lama kemudian, Palang Merah Palestina menerima panggilan darurat dari Layan Hamadeh, sepupu Hind yang bersamanya di mobil. Layan meminta bantuan, suaranya penuh kepanikan.

“Amu (Paman), mereka menembaki kami. Tank ada di samping kami. Kami di dalam mobil,” terdengar suara Layan dalam rekaman yang kemudian dirilis Palang Merah.

Beberapa detik setelah itu, rentetan peluru kembali terdengar, disertai teriakan Layan, lalu sambungan telepon terputus.

Petugas Palang Merah mencoba kembali menghubungi. Mereka menemukan bahwa Hind masih hidup, dan keluarganya terus berusaha menenangkannya.

Ambulans segera dikerahkan, dengan koordinasi otoritas Palestina, untuk menjemput bocah itu.

Namun, misi penyelamatan itu tak pernah berhasil. Komunikasi dengan tim medis terputus beberapa jam setelah mereka berangkat.

Waktu berjalan, hingga 12 hari kemudian, pada Februari, setelah pasukan Israel mundur dari kawasan tersebut, jasad Hind akhirnya ditemukan.

Di dekat bundaran Al-Maliyyah, mobil keluarga Hind ditemukan penuh lubang peluru. Seluruh keluarganya tewas seketika.

Beberapa meter dari lokasi itu, jasad para tenaga medis yang dikirim untuk menyelamatkannya juga ditemukan.

Investigasi The Washington Post dengan dukungan citra satelit menemukan setidaknya 4 kendaraan lapis baja Israel berada tak lebih dari 300 meter dari mobil Hind, persis dalam jangkauan pandangan mereka.

Analisis balistik menyimpulkan bahwa tembakan yang menghantam mobil keluarga serta ambulans sesuai dengan jenis amunisi yang digunakan tentara Israel.

Berdasarkan rekaman telepon yang ditelaah para ahli, mobil keluarga Hind ditembaki sekitar 72 peluru hanya dalam enam detik.

Lembaga investigasi independen Forensic Architecture dalam laporan April 2024 juga menegaskan, tembakan berasal dari tank Israel yang jelas dapat melihat mobil itu, termasuk anak kecil yang berada di dalamnya.

Laporan itu menambahkan, tim medis yang bergegas menolong Hind juga dihantam peluru dari arah tank yang sama.

Dari Gaza menjadi ikon dunia

Hind Rajab, bocah enam tahun yang tewas ditembak bersama keluarganya di Gaza, kini menjelma menjadi simbol yang melampaui batas geografis dan politik.

Namanya tak hanya hidup di Gaza atau dunia Arab, tetapi telah menjadi ikon global.

Dunia mengenangnya sebagai potret tragis tentang mentalitas prajurit Israel yang bersembunyi di balik tank dan helm baja, sementara seorang anak kecil dibiarkan terjebak dalam kelaparan, ketakutan, dan hujan peluru.

Jeritan Hind yang memanggil ibunya terus terpatri dalam ingatan kolektif. Berbagai narasi yang disebarkan militer Israel untuk menutupi tragedi ini tidak mampu memadamkan gaung suaranya.

Kini, melalui sebuah lembaga yang lahir dari kisahnya, roh Hind seakan terus membayangi pasukan Israel.

Pada peringatan ulang tahun ketujuh Hind, sebuah lembaga bernama Hind Rajab Foundation resmi mengajukan gugatan ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag.

Gugatan itu menuding Letkol Beni Aharon, komandan Brigade Lapis Baja 401, bertanggung jawab langsung atas pembunuhan Hind, keluarganya, dan tim medis yang berusaha menolongnya. Identitas para perwira lapangan yang terlibat juga telah diungkap lengkap.

Sejak didirikan di Brussel pada Oktober 2024, Hind Rajab Foundation fokus pada upaya hukum internasional terhadap para pelaku dan mereka yang terlibat dalam kejahatan perang di Gaza.

Lembaga ini mendokumentasikan pelanggaran, termasuk melalui video yang diunggah tentara Israel sendiri di media sosial.

Banyak di antara prajurit itu yang tanpa sadar meninggalkan jejak digital atas tindakannya.

Laporan menyebutkan, lembaga tersebut berhasil mengumpulkan data lebih dari seribu tentara Israel berkewarganegaraan ganda yang ikut bertempur di Gaza.

Permohonan penangkapan terhadap sejumlah nama telah diajukan di berbagai negara.

Badan intelijen Israel, Mossad, bahkan dikabarkan turun tangan untuk membantu melarikan para tentara dan perwira yang terancam ditangkap di luar negeri.

Kebijakan ekstremis

Bagi lembaga ini, kasus Hind Rajab membuktikan bahwa kekejaman tentara Israel bukanlah sekadar perilaku menyimpang beberapa individu, melainkan mencerminkan kebijakan militer dan pemerintah yang berhaluan ekstrem.

“Ini adalah karakteristik militer dalam perang, bukan sekadar kesalahan atau penyimpangan dari aturan,” tulis pengacara hak asasi manusia Shneor Klein dalam artikelnya di Haaretz berjudul Para Tentara yang Diburu di Luar Negeri Bukanlah Gulma, Melainkan Seluruh Angkatan Darat.

Upaya delegitimasi lembaga ini datang dari kalangan politikus pro-Israel di Eropa. Namun, Menteri Kehakiman Belgia Annelies Verlinden menolak laporan fitnah yang diajukan seorang anggota parlemen kanan ekstrem.

Setelah penyelidikan resmi oleh aparat keamanan negara, laporan itu dipastikan tidak memiliki dasar.

Lebih dari setahun sejak suaranya terdengar terakhir kali, Hind Rajab tetap hidup dalam ingatan dunia. Tangisannya akan terus menjadi saksi bisu dari perang yang merenggut masa kecilnya.

“Suara Hind akan terus menghantui para pembunuh itu seratus tahun ke depan,” tulis seorang pengamat di Brussel.

Kisahnya tak hanya tercatat sebagai catatan kelam, tetapi juga menjadi pengingat bahwa ada saat ketika dunia meneteskan air mata untuk seorang bocah kecil yang dibiarkan sendirian, ketakutan, dan terbunuh di dalam mobilnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular