Menurut survei Gallup terbaru, simpati warga Amerika terhadap Palestina mencapai angka tertinggi sepanjang masa.
Persentase orang Amerika yang mengaku simpatik terhadap Palestina meningkat enam poin menjadi 33 persen, yang merupakan angka tertinggi dalam sejarah survei tersebut.
Sebaliknya, simpati terhadap Israel berada pada titik terendah dalam 24 tahun terakhir, dengan hanya 46 persen orang Amerika yang mengatakan mereka lebih simpatik terhadap Israel dibandingkan Palestina selama serangan Israel di Gaza.
Sejak Gallup mulai melakukan survei ini pada tahun 1989, orang Amerika secara historis lebih simpatik terhadap Israel, yang dianggap sebagai sekutu negara tersebut.
Rata-rata 65 persen orang Amerika memiliki pandangan positif terhadap Israel, meskipun rating terendah tercatat pada tahun 1989, yakni 45 persen, pada saat ketegangan regional meningkat.
Survei ini juga menunjukkan bahwa 40 persen orang dewasa AS menyetujui penanganan Presiden Trump terhadap situasi antara Israel dan Palestina, yang kemungkinan besar terkait dengan perannya dalam mediasi gencatan senjata.
Hasil ini sedikit lebih rendah dari tingkat persetujuan keseluruhan terhadap kepresidenan Trump yang mencapai 45 persen.
Hasil survei ini juga memperlihatkan perbedaan pandangan antara Demokrat dan Republik. Republik lebih cenderung memiliki pandangan positif terhadap Israel (83 persen) dibandingkan Demokrat (33 persen), sementara Demokrat lebih simpatik terhadap Palestina dibandingkan Republik (45 persen vs 18 persen).
Pandangan Demokrat terhadap Palestina semakin kuat sejak 2022, dan kini lebih banyak Demokrat yang simpatik terhadap Palestina dibandingkan Israel.
Selain itu, survei juga mencatat bahwa sejak 1999, lebih banyak orang Amerika yang mendukung pembentukan negara Palestina independen di Tepi Barat dan Gaza, dengan persentase terbaru menunjukkan 55 persen mendukung, sementara 31 persen menentang, dan 14 persen tidak memiliki pendapat.
Dukungan ini lebih kuat di kalangan Demokrat dibandingkan Republik, meskipun pembicaraan mengenai solusi dua negara untuk perdamaian kini terhenti setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.