Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, telah memilih anggota Kongres New York, Elise Stefanik, sebagai duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Stefanik merupakan pejabat dengan pengalaman luar negeri terbatas namun memiliki pandangan fanatik terhadap Israel untuk mewakili Washington di organisasi internasional tersebut.
“Elise adalah pejuang Amerika yang sangat kuat, tangguh, dan cerdas,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan pada Senin (13/11) seperti dilaporkan Middle East Eye.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023, Stefanik mendukung sejumlah undang-undang yang menargetkan kemah mahasiswa pro-Palestina yang didirikan pada musim semi lalu sebagai protes terhadap genosida Gaza.
Ia menyerukan agar pihak universitas memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel atau perusahaan-perusahaan yang dianggap mendukung perang tersebut.
Stefanik semakin dikenal publik pada Desember 2023 setelah menyerang beberapa presiden universitas dalam sidang yang membahas antisemitisme, yang menyoroti protes pro-Palestina di kampus-kampus AS.
Beberapa legislator AS, termasuk Stefanik, menyebut protes tersebut sebagai antisemitisme, dengan alasan bahwa protes tersebut mengkritik Israel. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak pada musim semi, protes tersebut masih berlanjut.
Selama sidang tersebut, Stefanik berulang kali menyatakan bahwa slogan-slogan seperti “from the river to the sea” dan “globalize the intifada” setara dengan seruan untuk genosida.
Stefanik akan menggantikan Linda Thomas-Greenfield sebagai duta besar AS untuk PBB. Thomas-Greenfield telah menjabat selama seluruh masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Stefanik akan mengambil alih posisi tersebut di tengah perang Israel di Gaza dan perang Rusia di Ukraina.
Selama setahun terakhir, Thomas-Greenfield memveto beberapa upaya di PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, yang membuat AS semakin terisolasi di dunia internasional karena dukungan kuatnya terhadap Israel dan upaya perang negara tersebut.
Pada masa jabatan pertama Trump sebagai Presiden, ia memilih Nikki Haley sebagai duta besar AS untuk PBB.
Seperti Stefanik, Haley juga merupakan politisi pro-Israel dan menggunakan posisinya untuk menarik AS keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan agensi budaya PBB, UNESCO, dengan tuduhan adanya bias anti-Israel di dalamnya.
Bulan lalu, Elise Stefanik menyerukan agar Amerika Serikat melakukan “penilaian ulang secara menyeluruh” terhadap pendanaan untuk PBB, serta mendesak agar dukungan Washington kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dihentikan.
Stefanik, yang pernah bekerja sebagai penasihat kebijakan domestik di pemerintahan Presiden George W. Bush, menjadi perempuan termuda yang terpilih menjadi anggota Kongres pada 2014.
Selama masa jabatannya di Kongres, Stefanik mendukung berbagai kebijakan pro-Israel, termasuk sebuah rancangan undang-undang yang melarang warga dan perusahaan AS memberikan informasi kepada negara atau organisasi internasional yang “memperburuk” pemboikotan terhadap Israel.
RUU tersebut menargetkan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang dipimpin Palestina.