Friday, January 17, 2025
HomeHeadlineTurkish Airlines larang warga Iran dan Israel terbang ke Suriah

Turkish Airlines larang warga Iran dan Israel terbang ke Suriah

Maskapai nasional Turki, Turkish Airlines, mengumumkan pelarangan warga negara Iran dan Israel untuk menaiki penerbangan menuju Damaskus, Suriah. Kebijakan ini diterapkan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah baru Suriah.

Hal tersebut dilaporkan situs Middle East Monitor, Kamis (16/1).

Pengumuman ini disampaikan sepekan setelah Turkish Airlines mengonfirmasi rencana untuk kembali membuka rute penerbangan ke Damaskus mulai 23 Januari 2025, dengan jadwal tiga kali seminggu.

Langkah tersebut menandai kembalinya operasi maskapai di Suriah setelah 13 tahun konflik.

Namun, di tengah pembukaan kembali bandara dan penerbangan internasional di Suriah, pemerintah Suriah telah memberlakukan serangkaian pedoman baru bagi penumpang yang tiba di negara tersebut.

Dalam pernyataan yang diterbitkan di situs webnya pada Kamis (16/1), Turkish Airlines menyebutkan, “Sesuai keputusan terbaru yang diambil oleh otoritas Republik Arab Suriah, aturan tertentu telah ditetapkan bagi penumpang yang masuk ke Suriah.”

Maskapai tersebut mengungkapkan, “Warga dari semua negara, kecuali Israel dan Iran, diizinkan masuk ke Suriah.”

Warga Suriah yang memiliki dokumen resmi yang membuktikan kewarganegaraan mereka diperbolehkan masuk, sementara warga Lebanon juga memenuhi syarat jika salah satu orang tua mereka adalah warga Suriah atau jika mereka memiliki izin tinggal dengan visa Suriah.

“Anggota pers membutuhkan izin khusus,” tambah Turkish Airlines.

Koordinasi Turki-Suriah?

Alasan di balik kebijakan ini tidak dijelaskan secara rinci. Namun, keputusan ini bertepatan dengan kunjungan bersejarah Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad Hassan Al-Shaibani, ke Ankara pada Rabu (15/1), yang mengisyaratkan adanya koordinasi terkait kebijakan tersebut.

Langkah ini kemungkinan didasari oleh kekhawatiran keamanan pemerintah baru Suriah.

Iran dikenal sebagai pendukung utama mantan Presiden Bashar Al-Assad dan rezimnya, sementara Israel masih menduduki dan terus memperluas wilayah di bagian barat daya Suriah.

Hal ini menjadikan warga dari kedua negara, yakni Iran dan Israel, dianggap sebagai risiko keamanan potensial.

Baca juga: OPINI: Siapa yang kalah dalam perang Gaza, Hamas atau Netanyahu?

Baca juga: Serangan Israel sudah bunuh 86 warga Gaza setelah pengumuman gencatan senjata

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular