Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk. Setiap hari, rata-rata 27 anak kehilangan nyawa akibat kekerasan yang berlangsung sejak awal perang pada Oktober 2023.
Data ini diungkapkan oleh juru bicara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) untuk Palestina, Kadzem Abu Khalaf.
Dalam pernyataan kepada Al Jazeera pada Jumat (11/7), Abu Khalaf menyebutkan bahwa intensitas kekerasan di Gaza tak dapat dijelaskan secara rasional.
“Tidak ada penjelasan yang masuk akal atas pembunuhan massal yang terus berlangsung di Gaza,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi anak-anak semakin mengkhawatirkan dengan melonjaknya angka malnutrisi.
“Lebih dari 5.000 anak di Gaza mengalami kekurangan gizi hanya dalam bulan Mei lalu,” katanya.
Statistik resmi yang dirilis oleh Kantor Media Pemerintah Gaza—bekerja sama dengan UNICEF dan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA)—mengungkapkan bahwa lebih dari 18.000 anak telah menjadi korban jiwa sejak agresi Israel dimulai.
Bahkan, pada Juni lalu, Kantor Media Pemerintah mencatat sedikitnya 66 anak meninggal dunia akibat kekurangan gizi, di tengah blokade ketat yang diberlakukan oleh militer Israel.
Blokade ini menghalangi masuknya kebutuhan dasar, termasuk susu formula untuk bayi.
Kondisi ini memperkuat kekhawatiran komunitas internasional atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.
Khususnya bagi anak-anak yang menjadi kelompok paling rentan dalam konflik bersenjata yang berkepanjangan.