Oleh: Amal Samer, Koresponden Gazamedia.net
Setelah lima hari Israel melanjutkan agresinya terhadap Gaza, Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu, 22 Maret 2025, mengumumkan bahwa 130 warga Palestina tewas dan 263 lainnya terluka dalam 48 jam terakhir.
Kementerian tersebut menyatakan bahwa beberapa korban masih terperangkap di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan, sementara tim ambulans dan petugas pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka.
Hamas menyatakan bahwa operasi militer Israel di Jenin, yang kini memasuki bulan ketiga, bersama dengan agresi berkelanjutan di Tulkarm dan wilayah di Tepi Barat utara, “menunjukkan tekad penjajahan dalam pendekatan brutal dan rencana jahat mereka terhadap Tepi Barat, seiring dengan perang genosida yang terus berlangsung terhadap rakyat Palestina di Gaza.”
Sebuah delegasi Hamas yang dipimpin oleh pemimpin gerakan di Gaza, Khalil Al-Hayya, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di Ankara.
Kedua belah pihak membahas perkembangan politik dan lapangan terkini di Palestina yang diduduki, serta negosiasi yang sedang berlangsung dan keengganan Perdana Menteri Israel Netanyahu, setelah ia mengingkari kesepakatan gencatan senjata dan terus menolak upaya perantara untuk memulihkan kesepakatan tersebut dan memulai fase kedua dari negosiasi.
Menurut laporan Al Jazeera Net, yang mengutip media Israel seperti Yedioth Ahronoth, ribuan warga Israel turun ke jalan-jalan di berbagai lokasi untuk menekan Netanyahu agar mengakhiri perang di Gaza, khawatir akan nasib sandera yang ditahan di sana.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pembatalan keputusan pemecatan kepala “Shin Bet” Ronen Bar di tengah meningkatnya ketegangan internal.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengatakan dalam sebuah demonstrasi di Tel Aviv, “Pemerintah melakukan segala cara untuk memulai perang saudara, dan Benjamin Netanyahu secara terbuka mendorong hal itu.”