Bulan suci Ramadan tahun ini tiba bagi penduduk Jalur Gaza di tengah kondisi kehidupan yang sulit akibat perang Israel yang berlangsung lama.
Perang tersebut menyebabkan kehancuran besar dan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pasar mengalami kelesuan, dan minat masyarakat untuk berbelanja melemah akibat kenaikan harga serta kurangnya uang tunai.
Hal itu seperti yang dikatakan beberapa warga di pasar Khan Younis, Gaza Selatan, kepada Al Jazeera.
Pada hari pertama Ramadan, pasar Khan Younis tidak mengalami lonjakan pengunjung, hanya ada pergerakan yang minim.
Dalam laporannya, Rami Abu Taima menyebutkan bahwa kondisi ekonomi semakin sulit. Hal itu diakibatkan perang Israel yang berlangsung selama 15 bulan telah menghancurkan rumah-rumah, pasar, dan masjid.
Seorang warga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa masyarakat mengalami kesulitan akibat dampak perang Israel.
Dampaknya, mereka tidak memiliki cukup uang untuk berkeliling pasar dan membeli kebutuhan mereka, terutama di bulan suci ini.
Seorang wanita juga mengungkapkan penderitaan masyarakat akibat kondisi yang sulit.
Harga bahan makanan dan sayuran yang tinggi, serta kurangnya ketersediaan uang. Selain itu, mereka tidak dapat menarik gaji dari bank.
Selain masalah ekonomi, warga Gaza juga mengalami tekanan psikologis akibat perpindahan dan pengungsian dari satu tempat ke tempat lain selama perang.
Di tengah situasi yang sulit ini, Jalur Gaza membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan. Bantuan itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendukung mereka selama bulan Ramadan.
Diketahui bahwa wilayah lain di Jalur Gaza juga mengalami kondisi tragis yang sama. Masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka akibat dampak perang Israel yang menghancurkan segalanya.
Namun, meskipun dalam kondisi yang sulit, warga Gaza tetap menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh semangat.