Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan serius pada Kamis (15/5/2025) mengenai situasi kesehatan yang memburuk secara drastis di Jalur Gaza.
Dalam pernyataan resminya, WHO menegaskan bahwa waktu semakin sempit untuk menyelamatkan nyawa di wilayah yang telah dikepung selama berbulan-bulan.
Sejalan dengan itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, menyatakan bahwa Israel mengetahui secara persis kondisi yang terjadi di dalam Gaza.
Ia sepakat dengan penilaian PBB bahwa risiko kelaparan telah memasuki tahap mengkhawatirkan.
Menurut WHO, sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran, dengan kekurangan parah dalam pasokan obat-obatan, peralatan medis, dan perlengkapan penting lainnya.
Sebagai salah satu penyedia utama bantuan medis ke Gaza, WHO mengungkapkan bahwa stok logistiknya hampir habis, yang dapat menyebabkan terhentinya layanan kesehatan esensial dalam waktu dekat.
“Pengiriman bantuan sudah berada hanya beberapa menit dari perbatasan, namun blokade membuatnya tidak dapat masuk. Akibatnya, rumah-rumah sakit terpaksa memberlakukan rasionalisasi ketat terhadap sisa persediaan yang ada,” ungkap WHO.
Kondisi ini, lanjut organisasi itu, telah menyebabkan kematian dan akan terus memakan korban jika tidak segera dihentikan.
“Balapan dengan waktu”
Program Pangan Dunia (WFP) juga menyampaikan peringatan keras. Menurut mereka, ribuan keluarga di Gaza kini benar-benar kelaparan, sementara makanan yang dibutuhkan masih tertahan di perbatasan.
“Analisis terbaru ketahanan pangan menunjukkan bahwa dunia tengah berpacu dengan waktu untuk mencegah bencana kelaparan,” demikian pernyataan resmi WFP.
Organisasi itu mendesak komunitas internasional untuk bertindak segera. WFP mengingatkan bahwa jika bantuan hanya diizinkan masuk setelah kelaparan resmi dinyatakan terjadi, maka itu sudah terlalu terlambat bagi banyak orang di Gaza.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Tom Fletcher menegaskan bahwa PBB telah dikesampingkan selama 10 minggu terakhir, tanpa akses berarti untuk menyalurkan bantuan.
“Kami punya rencana yang sangat baik untuk distribusi bantuan skala luas. Selama masa gencatan senjata, kami sempat diizinkan menjalankannya. Kini kami mendesak agar akses itu dikembalikan tanpa hambatan, agar bantuan menjangkau mereka yang membutuhkan, sekarang juga—bukan nanti, bukan secara terbatas,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Farhan Haq juga menyatakan bahwa organisasi internasional tersebut telah menyiapkan rencana operasional komprehensif untuk menyalurkan bantuan dan layanan penyelamatan jiwa di Gaza.
“Begitu perbatasan dibuka, kami siap menindaklanjuti. Namun waktu sangat krusial untuk mencegah bertambahnya jumlah korban jiwa,” tegasnya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza yang oleh berbagai kalangan digambarkan sebagai genosida dan perang kelaparan.
Hingga kini, serangan tersebut telah menewaskan dan melukai sekitar 173.000 warga Palestina, mayoritas dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu, lebih dari 11.000 orang dilaporkan masih hilang.