Utusan Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Steven Witkoff, pada Ahad menyatakan bahwa gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas tetap berlaku.
Ia juga menegaskan bahwa tahap kedua dari perjanjian tersebut pasti akan dimulai.
Dalam wawancara dengan Fox News, Witkoff mengatakan bahwa pagi ini ia telah melakukan komunikasi dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, serta Kepala Intelijen Mesir, Hassan Rashad.
Ia juga berbicara dengan beberapa pejabat di kawasan Timur Tengah mengenai kelanjutan negosiasi yang dijadwalkan berlangsung pekan ini di lokasi yang akan ditentukan.
Witkoff menegaskan bahwa negosiasi tahap kedua akan lebih kompleks. Menurutnya, disebabkan karena mencakup penghentian perang, Hamas yang tidak boleh terlibat dalam pemerintahan Gaza, dan Hamas harus meninggalkan Gaza sepenuhnya.
“Pada penyusunan urutan tahap kedua dan menentukan posisi masing-masing pihak, sehingga semua pihak dapat memahami situasi saat ini sebelum melanjutkan negosiasi pekan ini,” katanya.
Pernyataan Hamas
Sementara itu, Hamas menuding Israel bertanggung jawab penuh atas pelanggaran terhadap perjanjian pertukaran tahanan. Terutama dalam implementasi protokol kemanusiaan dari kesepakatan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyebut bahwa Israel mengingkari ketentuan perjanjian dengan melarang masuknya rumah-rumah kontainer (karavan) dan alat berat ke Gaza.
Hamas juga meminta para mediator untuk memastikan Israel mematuhi kesepakatan dan segera memulai negosiasi tahap kedua.
Hamas juga menekankan bahwa penundaan Israel dalam memulai negosiasi tahap kedua menunjukkan niat Netanyahu untuk menggagalkan perjanjian dan kembali melanjutkan agresi militernya terhadap Gaza.
Pada 19 Januari 2025, gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku, dengan tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari.
Di mana akan ada pertukaran tahanan, bantuan kemanusiaan dikirimkan ke Gaza, serta negosiasi tahap kedua dan ketiga dimulai. Negoisasi itu dengan perantara Qatar dan Mesir, serta didukung oleh AS.
Berdasarkan perjanjian, negosiasi tahap kedua seharusnya dimulai pada 3 Februari 2025, setelah 16 hari dari dimulainya tahap pertama. Namun, Netanyahu menunda pengiriman delegasi negosiasi ke Doha setelah bertemu dengan mantan Presiden AS, Donald Trump, pada 4 Februari.
Sebagai gantinya, Israel hanya mengirim delegasi teknis yang tidak memiliki kewenangan untuk bernegosiasi mengenai tahap kedua.