Thursday, May 1, 2025
HomeBerita60 hari Israel blokade bantuan, warga Gaza bertahan hidup di tengah kelaparan

60 hari Israel blokade bantuan, warga Gaza bertahan hidup di tengah kelaparan

Genap 60 hari sudah Israel memblokade pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Jalur Gaza. Kondisi ini membuat warga Palestina di wilayah tersebut bertahan hidup dengan berbagai cara yang kini kian terbatas dan kehabisan opsi, lansir Quds Network pada Rabu (30/4).

Blokade ini dimulai sejak berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata Gaza pada 1 Maret lalu. Sejak itu, Israel menutup seluruh akses bantuan kemanusiaan, sebuah tindakan yang dinilai melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Sejumlah organisasi hak asasi manusia serta beberapa negara telah mengecam langkah tersebut, menuding Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

Pada 18 Maret, Israel kembali melanjutkan serangan militernya ke Gaza. Hingga kini, lebih dari 2.200 warga sipil dilaporkan tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengungkapkan bahwa gelombang pengungsian besar-besaran memaksa banyak warga meninggalkan stok makanan dan persediaan darurat yang sempat mereka kumpulkan selama masa gencatan senjata pada Januari.

Roti dari dapur umum yang didukung PBB tak lagi tersedia. Di sisi lain, warga pun kesulitan membuat roti sendiri karena kelangkaan bahan bakar dan harga tepung terigu yang melonjak tajam.

Sebagian keluarga terpaksa mencampur pasta yang ditumbuk dengan tepung untuk membuat roti darurat. Porsi makan pun makin terbatas—banyak keluarga hanya makan satu kali dalam sehari, dengan satu potong roti dibagi untuk tiap anggota keluarga.

Situasi makin pelik karena para petani dan peternak tidak bisa mengakses lahan mereka. Sekitar 70 persen wilayah Gaza ditetapkan sebagai zona terlarang atau berada di bawah perintah pengosongan oleh militer Israel.

Kepala OCHA di Gaza, Jonathan Whittall, memperingatkan bahwa wilayah tersebut berada di ambang kelaparan total.

“Hari-hari mendatang akan menjadi sangat kritis. Saat ini, warga Gaza bukan lagi hidup—mereka bertahan. Yang tidak terbunuh oleh bom dan peluru, perlahan-lahan mati karena kelaparan,” ujarnya dalam jumpa pers di Kota Gaza, Sabtu lalu.

Menurut Whittall, bantuan kemanusiaan telah dijadikan alat tekanan. “Tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk menolak bantuan bagi warga sipil.”

Program Pangan Dunia (WFP) pada Jumat lalu menyatakan bahwa seluruh dapur rotinya telah berhenti beroperasi dan seluruh stok bahan pangan mereka di Gaza kini telah habis.

Beberapa dapur umum yang masih bertahan memperingatkan bahwa mereka hanya mampu beroperasi dalam hitungan hari, kecuali bantuan segera masuk.

Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa kelaparan tak lagi menjadi ancaman, melainkan telah menjadi kenyataan.

Sedikitnya 52 orang, termasuk 50 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi. Lebih dari 65.000 anak-anak juga dilaporkan membutuhkan perawatan untuk gizi buruk yang parah.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular