Kelompok ekstremis Islamic State (ISIS) mengecam keras Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa setelah pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Riyadh, Arab Saudi. Kritik tersebut dilontarkan dalam artikel mingguan mereka, Al-Nabaa, yang terbit pada 16 Mei 2025.
Artikel yang berjudul “On Trump’s Doorstep” itu menyoroti pertemuan antara Al-Sharaa dan Trump, dengan mengklaim bahwa sel-sel ISIS masih aktif di Suriah. Kelompok tersebut menyerukan kepada para jihadis asing yang berada di negara itu untuk bergabung dengan “brigade yang dikerahkan di pedesaan”. Mereka memperingatkan bahwa para jihadis ini bisa menjadi “kartu yang dibakar oleh Al-Jolani untuk mendapatkan penerimaan internasional.”
Ahmed Al-Sharaa, yang sebelumnya dikenal dengan nama Abu Mohammed Al-Jolani, adalah pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), sebuah kelompok pemberontak Islam garis keras yang menjadi pelopor dalam penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024.
Sebelum berpisah dengan Al-Qaeda pada 2017, HTS merupakan afiliasi dari kelompok teroris tersebut. Sejak saat itu, Al-Jolani berusaha untuk memoderasi citranya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun demikian, kehadiran para pejuang asing di Suriah tetap menjadi isu kontroversial.
Artikel dari ISIS tersebut menuduh Al-Sharaa telah “menukar monoteisme dengan penyembahan berhala, Islam dengan demokrasi,” dan lebih memilih “mereka yang tunduk pada Trump daripada mereka yang tunduk pada [Nabi] Muhammad.”
Kritik keras itu juga menyinggung pertemuan terbaru Al-Sharaa dengan Trump, serta pengumuman Trump yang menyatakan akan mencabut sanksi terhadap Suriah.
“Bertemu dengan [Trump] dan menyenangkannya telah menjadi pencapaian historis yang dirayakan oleh ‘revolusioner’, sementara kehormatan tertinggal di Alun-Alun Umayyah dengan dalih mencabut sanksi Amerika… namun siapa yang akan mencabut sanksi ilahi?” tulis artikel tersebut.
ISIS menyebut Al-Sharaa sebagai “pengkhianat yang rendah hati” yang kini tunduk pada AS dan telah meninggalkan prinsip-prinsip Islam. Kelompok ini juga mengecam HTS, meskipun kedua kelompok ini memiliki akar yang sama dalam Al-Qaeda, dan terus menyerang Al-Sharaa serta pemerintahannya setelah HTS berhasil menggulingkan Assad.
Mereka menyebut Al-Sharaa dan para pengikutnya sebagai “murtadin” dan “secularis tersembunyi” yang bekerja untuk kekuatan Barat.