Thursday, July 3, 2025
HomeBeritaAnak-anak Gaza menanti ajal dalam sunyi rumah sakit

Anak-anak Gaza menanti ajal dalam sunyi rumah sakit

Di tengah blokade dan kehancuran yang belum berujung, anak-anak Gaza perlahan kehilangan hidup mereka, bukan hanya karena bom, tetapi karena hilangnya pengobatan dan alat diagnostik yang vital.

Rumah Sakit Al-Rantisi, satu-satunya rumah sakit spesialis anak yang masih bertahan di Jalur Gaza, kini menjadi saksi pilu dari penderitaan yang seolah tak memiliki ujung.

Kondisi di rumah sakit itu semakin mengkhawatirkan seiring meningkatnya jumlah anak-anak yang sakit.

Namun, upaya untuk mendiagnosis dan mengobati mereka nyaris mustahil. Sejumlah peralatan medis penting seperti mesin MRI (magnetic resonance imaging) telah hancur total akibat pemboman, sementara pasokan obat-obatan dan alat diagnostik makin langka.

Dalam segmen Suara dari Gaza yang ditayangkan Al Jazeera, terekam potret memilukan dari para orang tua yang mendampingi anak-anak mereka tanpa kepastian pengobatan.

Seorang ibu menceritakan bagaimana putranya, yang selamat dari reruntuhan rumah mereka di Kamp Nuseirat setelah serangan udara Israel setahun setengah lalu, kini menderita sakit kepala parah dan pingsan berulang.

“Anak saya butuh MRI. Tapi alat itu tidak tersedia di Gaza,” katanya lirih.

Seorang ayah lainnya mengungkap bahwa anaknya mengalami pembengkakan di sekujur tubuh.

“Saya sudah mencari obat ke berbagai klinik, tapi tak satupun yang punya stok,” ujarnya.

Salah satu kasus yang turut ditampilkan adalah kondisi anak bernama Shohaib, yang awalnya tumbuh sehat, namun kini lumpuh total.

Menurut ibunya, Shohaib tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki, dan mengalami nyeri terus-menerus.

Para dokter tidak bisa memastikan diagnosis, namun menyebut gejalanya mirip dengan polio.

“Saya mengurus semua kebutuhannya sendiri. Tapi saya sudah tidak mampu lagi. Bahkan untuk makanan dan popok pun sulit,” ujarnya.

Kisah serupa juga datang dari seorang ibu bayi perempuan berusia empat bulan. Sang bayi lahir dalam kondisi genting dan terus menderita diare, nyeri perut, serta muncul bercak-bercak di tubuhnya. Berat badannya turun drastis dari lima menjadi tiga kilogram.

“Susu formula yang cocok tidak ada. Alat untuk mendiagnosis kondisinya pun tidak tersedia,” keluh sang ibu.

Ia juga mengungkap ketakutannya kehilangan anak ini seperti ia kehilangan anak sebelumnya.

Seorang dokter di RS Al-Rantisi menyebut kondisi fasilitas medis di sana sangat memprihatinkan.

Lonjakan pasien terjadi akibat perpindahan massal penduduk dari Gaza utara dan barat. Kini, dengan datangnya musim panas, kasus meningitis meningkat tajam, dan kekhawatiran atas risiko lumpuh makin tinggi.

“Kami kekurangan segalanya—dari alat pencitraan hingga perlengkapan dasar,” ujarnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular