Pemerintah Media Office di Gaza, Jumat (19/7/2025), merilis laporan statistik yang menyebut bahwa lebih dari 88 persen wilayah Jalur Gaza telah hancur akibat serangan militer Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023. Serangan tersebut juga menyebabkan sekitar dua juta warga Palestina terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.
Laporan ini dirilis dalam rangka menandai hari ke-650 sejak dimulainya konflik. Disebutkan bahwa Israel telah menjatuhkan sekitar 125.000 ton bahan peledak ke wilayah Gaza, menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari 62 miliar dolar AS.
Wilayah yang kini diduduki pasukan Israel mencakup sekitar 77 persen dari total luas Gaza yang mencapai 360 kilometer persegi. Akibat serangan tersebut, jumlah korban tewas dan hilang diperkirakan mencapai 67.880 orang, termasuk lebih dari 19.000 anak-anak dan 12.500 perempuan—dengan 8.150 di antaranya merupakan ibu, serta 953 bayi.
Sementara itu, data resmi Kementerian Kesehatan Gaza mencatat jumlah korban tewas yang terverifikasi melalui rumah sakit sebanyak 58.667 jiwa. Perbedaan ini terjadi karena laporan Media Office juga memasukkan mereka yang masih hilang di bawah reruntuhan dan belum ditemukan.
Diperkirakan sebanyak 9.500 warga Palestina masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan. Selain itu, tercatat 1.590 tenaga medis, 228 jurnalis, dan 777 pekerja kemanusiaan turut menjadi korban jiwa dalam konflik ini.
Sebanyak 2.613 keluarga Palestina dilaporkan telah musnah seluruh anggotanya dari catatan sipil. Setidaknya 68 anak meninggal akibat kekurangan gizi, dan 17 lainnya tewas karena kedinginan di kamp pengungsian.
Jumlah korban luka mencapai sekitar 139.000 orang, termasuk lebih dari 4.700 yang mengalami amputasi. Laporan juga menyebut 44.500 anak telah kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.
Kondisi di kamp pengungsian juga memprihatinkan. Lebih dari dua juta orang dilaporkan mengalami penyakit menular, termasuk 71.000 kasus hepatitis. Sebanyak 6.633 warga telah ditangkap oleh pasukan Israel, termasuk 362 tenaga medis, 48 jurnalis, dan 26 anggota pertahanan sipil.
Israel juga dituduh merusak infrastruktur penting. Sebanyak 38 rumah sakit dan 96 pusat layanan kesehatan dasar telah dihancurkan, bersama dengan 144 ambulans. Selain itu, 156 sekolah dilaporkan hancur total dan 382 lainnya rusak sebagian.
Fasilitas ibadah juga menjadi sasaran. Laporan mencatat sebanyak 833 masjid, tiga gereja, dan 40 makam telah rusak atau hancur. Sebanyak 261 pusat penampungan juga terkena serangan.
Sektor perumahan mengalami kerusakan besar, dengan 223.000 unit rumah hancur dan 130.000 lainnya tidak layak huni. Sebanyak 288.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
Di sektor pertanian, kerugian ditaksir mencapai 2,2 miliar dolar AS akibat kehancuran 92 persen lahan subur di Gaza. Infrastruktur penting seperti air, listrik, sanitasi, dan situs bersejarah juga dilaporkan mengalami kerusakan berat.
Laporan tersebut juga menuduh pasukan Israel menjalankan kampanye kelaparan sistematis, termasuk menyerang titik distribusi bantuan. Disebutkan bahwa 877 warga sipil tewas dan 5.666 lainnya terluka saat mencoba mendapatkan bantuan. Israel juga dikatakan telah mencegah masuknya puluhan ribu truk bantuan selama lebih dari 139 hari berturut-turut.
Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata, namun Israel tetap melanjutkan ofensif militer yang telah menewaskan hampir 59.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).